Hadi Hartoyo, Plant Manager Kawasan Sido Muncul, mengatakan ampas jamu digunakan Sido Muncul sebagai energi baru terbarukan. Dari hal tersebut, Sido Muncul telah berhasil mengurangi penggunaan bahan konvensional, yaitu bahan bakar fosil.
"Untuk memakai itu, kita harus investasi yang tidak murah, tapi itu memberikan dampak yang luar biasa karena ampas ini kan setiap hari dihasilkan. Kalau tidak dipergunakan kembali, akan menumpuk," kata Hadi, yang ditemui setelah menerima Proper Hijau dalam acara Malam Anugerah Lingkungan Proper 2018 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (27/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita boleh berproduksi yang bermanfaat dan bermutu tinggi, tapi kalau mengabaikan lingkungan, direksi memang tidak punya pemikiran ke arah sana," ungkapnya.
Selain menggunakan ampas jamu, Hadi menjelaskan, Sido Muncul memanfaatkan eceng gondok, yang menjadi hama di Rawa Pening, untuk dijadikan pelet. Nantinya pelet dari eceng gondok ini juga dijadikan sebagai bahan bakar produksi oleh Sido Muncul.
Lewat pemanfaatan ampas jamu, pada 2018 Sido Muncul berhasil menurunkan emisi hingga 52.801,08 ton. Lalu dengan efisiensi energi yang dilakukan lewat condensate return dan optimalisasi sistemnya, Sido Muncul berhasil melakukan efisiensi energi sebanyak 1.719 gigajoule.
Belum selesai sampai di situ, KLHK juga memberikan Proper Hijau kepada Sido Muncul karena melakukan 3R limbah non-B3 dengan pemanfaatan sludge instalasi pengolahan air limbah (IPAL) menjadi pupuk sebanyak 555,84 ton.
Untuk diketahui, Sido Muncul adalah satu dari 155 perusahaan yang mendapat apresiasi Proper Hijau dari KLHK. Penganugerahan ini adalah ketiga kalinya bagi Sido Muncul. Selain Proper Hijau, dalam acara ini dianugerahkan Proper Emas kepada 20 perusahaan terbaik. (ega/prf)