Picu Tsunami, Longsor Anak Krakatau Sulit Dideteksi Badan Geologi

Picu Tsunami, Longsor Anak Krakatau Sulit Dideteksi Badan Geologi

Rolando - detikNews
Kamis, 27 Des 2018 10:55 WIB
Aktivitas Gunung Anak Krakatau pada 23 Desember 2018, sehari setelah tsunami/Foto: dok. Susi Air
Jakarta - Longsoran badan Gunung Anak Krakatau seluas 64 hektare ke laut memicu munculnya gelombang tsunami yang menerjang pesisir Selat Sunda. Badan Geologi mengakui sulit untuk mendeteksi longsoran-longsoran berikutnya.

"Mengenai longsoran. Longsoran itu misal di Jawa Barat, di Purworejo, longsoran itu secara ilmu pengetahuan sangat dipahami, tapi secara realitas sulit dideteksi," ujar Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jl Medan Merdeka Selatan, Kamis (27/12/2018).

Antonius mengatakan, longsoran itu terjadi begitu saja. Sangat sulit untuk memprediksi atau memantau bagian Anak Krakatau sebelah mana dan kapan akan terjadi longsoran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Sebenarnya longsor itu mudah dipahami, tapi sulit dipantau," tutur Antonius.

Antonius menjelaskan, ada dua jenis longsoran di Gunung Anak Krakatau. Jenis pertama merupakan longsoran cepat dan seketika, yaitu guguran langsung masuk ke dalam air.



"Longsoran yang ini yang memicu tsunami seperti pada tanggal 22 kemarin itu," kata Antonius.

Longsoran yang kedua, adalah longsoran yang sifatnya pelan. Antonius menggambarkan longsoran jenis ini seperti kaki-kaki gunung yang luntur ke bawah secara perlahan-lahan.

"Jadi yang longsoran kedua ini yang merayap, pelan-pelan. Longsoran ini yang tidak memicu tsunami," kata Antonius.

BMKG mengatakan munculnya gelombang tsunami akibat longsoran kawah Gunung Anak Krakatau seluas 64 hektare. Setelah peristiwa longsor, 24 menit kemudian gelombang tsunami menerjang pesisir Selat Sunda. Tak ada peringatan dini dari gelombang tsunami ini karena BMKG hanya bisa mendeteksi tsunami yang dipicu gempa tektonik.

"Dalam rilis sudah dituliskan bahwa bukti yang mendukung telah terjadi runtuhan lereng Gunung Anak Krakatau antara lain adalah dari citra satelit yang menunjukkan luas 64 hektare, terutama pada arah barat daya. Terus sehari sebelumnya ada cuaca ekstrem gelombang tinggi sehingga memperparah gelombang tersebut," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers di kantornya, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (24/12) lalu.


Saksikan juga video 'BNPB: Pantai Ancol Aman dari Tsunami di Selat Sunda':

[Gambas:Video 20detik]

(fjp/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads