Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menunjukkan citra satelit ALOS-2 sebelum dan sesudah terjadinya erupsi pada Sabtu (22/12) lalu.
Ditampilkan citra satelit saat Gunung Anak Krakatau sebelum meletus pada Rabu (22/8). Sebagai pembanding, ditampilkan citra satelit Gunung Anak Krakatau pada Senin (24/12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, BMKG mengatakan tsunami terjadi karena ada kawah Gunung Anak Krakatau yang longsor seluas 64 hektare. Terjangan tsunami bertambah tinggi karena tengah terjadi gelombang tinggi.
"Dalam rilis sudah dituliskan bahwa bukti yang mendukung telah terjadi runtuhan lereng Gunung Anak Krakatau antara lain adalah dari citra satelit yang menunjukkan luas 64 hektare, terutama pada arah barat daya. Terus sehari sebelumnya ada cuaca ekstrem gelombang tinggi sehingga memperparah gelombang tersebut," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers di kantornya, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (24/12).
Dia menambahkan gempa vulkanik memicu longsoran di bawah laut. Longsoran itu, kata dia, setara dengan guncangan gempa magnitudo 3,4. Dari data yang diterima BMKG, tsunami terjadi 24 menit setelah longsor Gunung Anak Krakatau terjadi.
BMKG terus memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terus mengalami getaran. Jika terjadi getaran mencapai magnitudo 3,4, dikhawatirkan tebing gunung kembali longsor dan memicu timbulnya tsunami. Saat ini masyarakat diminta tak beraktivitas dalam jarak 1 km dari bibir pantai. (jbr/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini