Terorisme Terlaknat 2018: Bom Sekeluarga Mengguncang Surabaya

Kaleidoskop 2018

Terorisme Terlaknat 2018: Bom Sekeluarga Mengguncang Surabaya

Danu Damarjati - detikNews
Selasa, 25 Des 2018 17:43 WIB
Keluarga pelaku bom gereja di Surabaya pada Mei 2018 (Foto: ist)
Jakarta - Rentetan ledakan bom di Surabaya pada Mei 2018 lalu mengungkap modus baru terorisme, yakni menyertakan anak-anak kandung pelaku. Kekejian ini menyentak publik Indonesia dan dunia.

"Saya kadang tidak habis pikir. Kemarin saya lihat langsung, (lokasi) pelaku bom di tiga lokasi. Dua anak (perempuan-red) kecil umur 9 tahun dan 11 tahun. Diberi sabuk bom diantar oleh ayahnya dan turun bersama ibunya dan kemudian meledakkan diri di depan gereja," kata Jokowi di Jakarta, 14 Mei 2018 lalu.

Bom meledak di tiga gereja, kantor polisi, dan rumah susun di Surabaya dan Sidoarjo Jawa Timur dalam rentang waktu yang berdekatan. Bom di gereja diledakkan oleh satu keluarga: suami bernama Dita Oepriarto (48), istri bernama Puji Kuswati (43), dan anak-anaknya dengan inisial Famela Rizqita (9), Fadhila Sari (12), Firman Alim (16), dan Yusuf Fadhil (18) ikut meledakkan diri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengeboman

Minggu, 13 Mei 2018, pukul 06.30 WIB, Gereja Katolik Santa Maria menjadi sasaran bom. Gereja itu terletak di Jalan Ngagel Madya 01 Surabaya. Yusuf (18) dan Firman (16) berboncengan mengendarai sepeda motor masuk ke halaman Gereja Santa Maria dan meledakkan bom yang mereka bawa. Dua pelaku dan lima masyarakat tewas.

Pukul 07.15 WIB, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jl Diponegoro Surabaya menjadi sasaran bom. Pelakunya adalah Puji Kuswati (43) yang mengajak dua putrinya berinisial Famela (9) dan Firman (12). Mereka tewas. Tak ada orang lain yang jadi korban tewas di titik ledakan ini.

Pukul 07.53 WIB, bom diledakkan oleh Dita Oepriarto (48) di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Dita menuju lokasi ini, Jl Arjuna Surabaya, usai menurunkan Puji dan kedua putrinya di GKI di Jl Diponegoro. Toyota Avanza Dita ditabrakkannya ke gereja itu. Tujuh orang tewas, plus satu pelaku yakni Dita juga tewas.

Terorisme Terlaknat 2018: Bom Sekeluarga Mengguncang Surabaya Foto: Ilustrator: Edi Wahyono

Bila ditotal, bom keluarga Dita itu menewaskan 18 orang, terdiri dari enam pelaku dan 12 masyarakat. Pada 1 Juni 2018, satu orang yang menderita luka bakar 90% akibat bom Gereja Pantekosta meninggal dunia.

Senin, 14 Mei 2018, pukul 08.50 WIB, bom meledak di Polrestabes Surabaya, Jl Sikatan. Pelakunya adalah keluarga Tri Murtiono (50) bersama istrinya Tri Ernawati (43) dan ketiga anaknya. Hanya satu anak yang tak tewas.

Polisi bergerak. Operasi-operasi antiterorisme dilancarkan. Sehari kemudian, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan bom yang diledakkan di tiga gereja Surabaya berjenis triacetone triperoxide (TATP) yang termasuk berkekuatan ledak tinggi (high explosive). Ada pula bom yang meledak di Sidoarjo. Semuanya berjenis TATP. Bom jenis ini sering digunakan ISIS di Suriah dan Irak.

"Saking bahayanya, dinamakan 'The Mother of Satan' karena daya ledaknya tinggi," imbuh Tito.

Klaim ISIS

Tito menjelaskan, pelaku teror di Surabaya dan orang-orang yang ditangkap di Sidoarjo terkait JAD (Jamaah Ansarut Daulah). JAD disebutnya merupakan pendukung utama ISIS di Indonesia. Dita Oepriarto disebutnya terkait dengan JAD.

Tak lama berselang, ISIS mengklaim sebagai dalang bom bunuh diri di 3 gereja di Surabaya, Jawa Timur. Aksi bom bunuh diri itu menewaskan 13 orang.

"Amaq News Regency melaporkan, ISIS bertanggung jawab atas 3 bom bunuh diri di gereja di Surabaya, Indonesia," tulis situs Siteintelgroup.com, Minggu (13/5/2018).

Amaq News merupakan kantor berita ISIS. Amaq memposting tulisan itu dengan tulisan Arab melalui aplikasi Telegram. Kemudian tulisan itu diterjemahkan dan dimuat di situs komunitas intelijen antiteroris, Siteintelgroup.com.

Hingga 24 Mei 2018, sudah ada 74 terduga teroris yang ditangkap Densus 88 usai tragedi bom di tiga gereja Surabaya. Para terduga teroris ditangkap di sejumlah wilayah. 14 Orang di antaranya tewas.


(dnu/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads