Aria Bima mencontohkan penemuan e-KTP yang tercecer. Kejadian itu kemudian sengaja diarahkan menjadi upaya penggelembungan daftar pemilih tetap (DPT).
"Ada framing seolah-olah pemilu dihadapkan pada kecurangan. Dan ini sistematis," kata anggota Komisi 6 DPR RI itu kepada wartawan di Solo, Minggu (23/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian dia menyebutkan masalah kotak suara berbahan kardus yang dipersoalkan tim lawan. Dipersepsikan bahwa bahan kardus akan mudah rusak sehingga dapat digunakan untuk menggelembungkan suara.
"Padahal ini disetujui oleh DPR lintas fraksi. Bahkan ketuanya bukan dari kubu kami. Kalau mau ribut dan geger seharusnya saat rapat. Kenapa baru sekarang diributkan?" ujarnya.
Terakhir dia melihat adanya perusakan baliho yang kemudian PDIP dituding sebagai pelaku. Padahal, kata Aria, perusakan bisa saja dilakukan pihak lain, termasuk dilakukan pihak internal.
"Bendera bisa saja dirusak sendiri, nangis sendiri, yang disalahkan PDIP. Ini bentuk yang kadang saya enggak mudeng," katanya.
Lebih lanjut, Aria berharap upaya-upaya tersebut tidak perlu dilakukan. Seluruh pihak diminta untuk menciptakan suasana tenang dalam menghadapi Pemilu 2019. (bai/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini