Kunjungi Museum Multatuli, Hasto-Djarot Bicara Pemimpin Represif

Kunjungi Museum Multatuli, Hasto-Djarot Bicara Pemimpin Represif

Arief Ikhsanudin - detikNews
Kamis, 20 Des 2018 16:41 WIB
Politikus PDIP Hasto Kristiyanto dan Djarot Saiful Hidayat (Arief Ikhsanudin/detikcom)
Jakarta - Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengunjungi Museum Multatuli, Lebak, Banten. Di sana, mereka melihat bagaimana kekejaman sistem kolonial dijalankan di Hindia Belanda.

Multatuli adalah nama pena dari Eduard Douwes Dekker, penulis novel 'Max Havelaar', karya sastra pertama yang menggambarkan penindasan sistem kolonial di Indonesia yang dulu disebut Hindia Belanda.


Hasto dan Djarot ditemani berkeliling museum oleh Kepala Museum Multatuli, Ubaidillah Muchtar. Di dalam museum, terdapat beberapa biorama, tulisan tangan Multatuli, dan sejarah perjuangan Lebak melawan kolonialisme.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ubaidillah menjelaskan soal bagaimana kekejaman sistem tanah paksa penanaman kopi. "Masyarakat yang menanam itu tidak boleh menikmati kopi. Mereka mengonsumsi daun kopi," ucap Ubaidillah di lokasi, Kamis (20/12/2018).


Ubaidillah juga menjelaskan Multatuli, yang pernah jadi Asisten Rasiden Lebak, membuka mata dunia soal kekejaman sistem kolonial. Multatuli pun disebut menjadi inspirasi RA Kartini sampai Sukarno.

"Sebelum Multatuli menulis 'Max Havelaar', belum ada yang tahu soal kekejaman kolonial," ucap Ubaidillah.

Djarot berkeyakinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terinspirasi oleh Multatuli. Hal ini, menurutnya, dapat dilihat dari niat pemerintah memberantas kemiskinan.

"Inspirasi bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah sekarang adalah melawan kemiskinan. Hijrah dari kemiskinan ke kesejahteraan, kebodohan ke kepintaran. Indonesia pintar itu seperti itu. Saya yakin Pak Jokowi juga terinspirasi oleh Multatuli," ucap Djarot.

Sementara itu, Hasto melihat Museum Multatuli sebagai pengingat memilih pemimpin. Jangan sampai, katanya, rakyat Indonesia memilih pemimpin yang represif.

"Pesannya, jangan memilih pemimpin yang represif. Pilihlah yang terus cari nilai kemanusiaan hidup. Itulah esensi dalam seluruh perjuangan, anti-kolonialisme, anti-penjajahan, anti-pengisapan, yang terinspirasi dari Pancasila," kata Hasto. (aik/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads