"Beliau ini sering bersama ulama-ulama. Beliau adalah figur yang sangat percaya pada otoritas keilmuan para ulama, dari mazhab mana pun, lulusan tradisi kesarjanaan mana pun, yang sudah berguru sama begawan-begawan. Saya kira tidak ada yang berani ambil imam salat jika dihadapkan dengan situasi seperti itu," kata Faldo saat dihubungi, Selasa (18/12/2018).
Ia pun mencontohkan dirinya ketika hendak menjadi imam salat. Faldo mengatakan kerap 'berhitung-hitung' saat diminta mengimami salat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal pengakuan tak pantas jadi imam salat ini disampaikan Prabowo dalam Konferensi Nasional Gerindra di Sentul, Bogor, Senin (17/12). Ia mengatakan tak pantas jadi imam salat karena cukup tahu diri.
Hal ini menjawab tantangan La Nyalla Mattalitti, yang meminta Prabowo jadi imam salat. La Nyalla menilai keislaman Presiden Joko Widodo lebih baik daripada Prabowo.
Terkait hal itu, Faldo pun merasa heran dengan kubu Jokowi. Sebab, menurut dia, kubu Jokowi yang mengimbau agar ajang Pemilu 2019 ini jadi proses demokrasi yang menyenangkan.
"Saya sangat heran, dari awal kubu 'You Know Who' ini ajak berpesta, bukan berperang, adu data dan program, tetapi sekarang jadi mengajak perdebatan pada pamer kesalehan," kata dia.
"Saya lihat politik devide et impera ala kompeni lebih sering dimainkan 'Anda hoax, kami tidak. Anda Orba, kami tidak. Anda radikal, kami Pancasila'. Sekarang, 'saya saleh, Anda tidak'. Ini kan tidak baik. Cara kayak gini yang bikin kita jadi saling melaporkan, tidak ada upaya bercakap hangat sebagai warga negara," tegas Faldo. (tsa/gbr)