Kepada Kantor berita AFP, pejabat pemerintah Yaman itu mengatakan, terjadi saling tembak secara sporadis di kota pelabuhan yang berbatasan langsung dengan Laut Merah, Selasa dini hari waktu setempat.
- Koalisi militer Arab Saudi izinkan pengungsian pemberontak Houthi Yaman
- Perang di Yaman: 'Bencana kemanusiaan terburuk selama satu abad'
- Apa yang bisa dihasilkan dari pembicaraan damai konflik Yaman di Swedia?
Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada Senin bahwa gencatan senjata antara kedua pihak yang bertikai ini mulai diberlakukan pada Selasa dini hari.
Gencatan senjata ini di kawasan pelabuhan Hudaydah dan sekitarnya itu merupakan hasil pembicaraan kedua pihak di Swedia yang disponsori PBB pada pekan lalu.
Tidak lama sebelum penghentian saling tembak itu diberlakukan, pemerintah Yaman yang diakui dunia internasional menyerukan agar pasukannya "berhenti menembak" di wilayah Hodeida.
Pada saat yang sama, kelompok pemberontak Houthi menyatakan pihaknya akan berkomitmen atas isi perjanjian yang ditandatangani di Swedia.
Seorang pejabat PBB, yang tidak mau disebutkan jati dirinya, mengatakan kepada Kantor berita AFP bahwa penghentian saling tembak itu dilakukan karena "alasan operasional."
Namun seorang pejabat yang tergabung dalam koalisi pimpinan Arab Saudi menegaskan rincian tentang penerapan kesepakatan gencatan senjata "masih belum jelas."
"Kami tidak berniat melanggar perjanjian ... kecuali kelompok Houthis melanggarnya," kata pejabat itu.
Sejumlah warga di Hudaydah dan sekitarnya mengaku mendengar dan melihat kasus pertempuran dan serangan udara di wilayah timur dan selatan kota itu dalam beberapa hari terakhir.
Para relawan media yang tergabung dalam Doctors Without Borders (MSF) mengklaim masih adanya "pertempuran terus-menerus" di bagian kota Hudaydah yang hancur.
Kelompok bantuan medis itu mengatakan timnya di lapangan telah merawat sejumlah korban akibat tembakan serta serangan udara, dan mereka mendesak agar pihak yang bertikai "menghormati kehadiran warga sipil dan infrastruktur kesehatan."
Utusan PBB untuk Yaman, Martin Griffiths mengatakan pada hari Minggu bahwa PBB telah meminta kedua pihak agar memastikan bahwa perjanjian gencatan senjata "dilaksanakan tepat waktu".
Kesepakatan gencatan senjata seharusnya diikuti pula dengan penarikan kelompok bersenjata dari Hudaydah.
Rencananya gencatan senjata itu akan ditindaklanjuti dengan pertukaran tahanan yang melibatkan sekitar 15.000 orang tahanan dari kedua pihak.
Kota pelabuhan Hodeida, yang menjadi lokasi gencatan senjata, memiliki arti strategis karena merupakan pintu gerbang pengiriman bantuan kemanusiaan kepada jutaan warga Yaman yang terancam kelaparan.
PBB memperkirakan bahwa hampir sepuluh ribu orang telah tewas sejak konflik Yaman dimulai pada 2014. (ita/ita)











































