"SLJJ, Pak. Sonjo layat, jagong, jagongan," ujar politikus PDIP yang juga Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo setelah bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2018).
SLJJ ini sebenarnya sudah tidak asing bagi masyarakat Jawa. Jika diartikan kata per kata, 'SLJJ' dapat diartikan sonjo (berkunjung), layat (melayat), jagong (kondangan), dan jagongan (rembuk/musyawarah). Jika dimaknai secara singkat, SLJJ bisa dimaknai memperbanyak perjumpaan fisik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Strategi SLJJ ini dimungkinkan sebagai sarana untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan ala masyarakat Jawa Tengah melalui resep guyub rukun masyarakat tradisional. PDIP juga akan melakukan door to door campaign.
"Ya iyalah. Door to door, pengajian, ngopi," kata Gubernur Jateng yang juga politikus PDIP Ganjar Pranowo dalam kesempatan yang sama.
Selain itu, Jateng dibidik kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk meraup suara sebanyak mungkin pada Pilpres 2019, salah satunya dengan mendirikan 'pos pertempuran'. Apakah strategi kubu Prabowo berpengaruh pada elektabilitas Jokowi di Jateng?
"Pasti ada pengaruhnya. Pengaruh ada positif dan negatif. Dua-duanya akan terjadi, tapi tunggu waktu. Itu akan negatif kalau semua diam saja karena mereka akan bergerak, lo. Pengaruh positif karena punya teman, ada sahabat yang sedang bertanding di situ. Asyik, to? Ya, asyik," ucap Ganjar.
Sebagai provinsi ketiga dengan jumlah pemilih terbanyak, Jateng adalah proyeksi bagi kubu Jokowi atau Prabowo untuk meraih suara. Malah kubu Prabowo mengadopsi strategi gerilya Jenderal Sudirman terkait manuver mendirikan 'pos pertempuran' di Jateng.
"Mungkin kita akan adopsi strategi gerilya Pak Dirman, berpindah dari kota ke kota," kata Direktur Materi Debat BPN Prabowo-Sandi, Sudirman Said, di sela acara pengarahan relawan oleh Sandiaga Uno di di Hotel Gracia Semarang, Minggu (16/12). (dkp/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini