"Ini puisi kebencian. Sebagai karya sastra, puisi semestinya penuh keindahan. Sebagai alumni Fakultas Sastra, Fadli Zon semestinya paham itu. Tetapi karena syahwat politiknya lebih besar daripada cipta, rasa, dan karsanya, Fadli Zon memperkosa khitah puisi yang semestinya penuh keindahan menjadi penuh kebencian," kata Direktur Komunikasi Politik TKN Jokowi-Ma'ruf, Usman Kansong, kepada detikcom, Kamis (6/12/2018).
Menurut Usman, puisi yang semestinya abadi kini menjadi bersifat sesaat karena disesaki kebencian. Dia mengaku tak akan membalas puisi Fadli lewat puisi karena tak mau ikut-ikutan memperkosa keindahan puisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Fadli Zon Buat Sajak 'Mau Saya Tabok' |
Sebelumnya, Fadli menulis puisi terbaru. Kali ini, Fadli menulis puisi berjudul 'Jaenudin Nachiro Namamu'.
Puisi itu diunggah Fadli di akun Twitter-nya, @fadlizon, Rabu (5/12/2018). Dalam salah satu baitnya, ia menyebut-nyebut 'moncong putih berliur ludah.
Berikut puisi Fadli berjudul 'Jaenudin Nachiro Namamu':
Jaenudin Nachiro Namamu
Jaenudin Nachiro namamu
Otak pas-pasan setengah dungu
Matamu menyala merah
Moncong putih berliur ludah
Jaenudin Nachiro namamu
Meniti realita padahal semu
Narasi pandir kosong tak berisi
Membuat malu seantero negeri
Nachiro sulap jadi pembalap
Naik chopper gaya alap-alap
Nachiro bermahkota ala raja
Bicara gagap tak punya data
Nachiro tunjukkan kuasa
Bikin sempurna mau ketawa
Nachiro kerja minus prestasi
Mengigau di tengah mimpi
Nachiro oh Nachiro
Potret zaman sontoloyo
Fadli Zon, Citeureup, Bogor, 5 Des 2018 (haf/iy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini