Fadli bahkan membandingkan keramaian Reuni 212 dengan festival musik Woodstock, yang pernah diselenggarakan pada 1969.
"Saya kira rugilah orang-orang yang tidak datang ke acara itu. Karena itu perhelatan terbesar di planet bumi. Lebih ramai dari Woodstock," kata Fadli gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai Reuni 212 pada Minggu (2/12) kemarin juga lebih ramai daripada kegiatan 212 pada tahun sebelumnya. Fadli pun mengatakan Reuni 212 menjadi bukti kedewasaan demokrasi di Indonesia.
Menurut Fadli, massa 212 tertib dan sama sekali tak berniat menggulingkan pemerintahan. Massa 212, lanjut dia, menginginkan pergantian pemerintahan secara konstitusional. Ia membandingkan hal ini dengan Revolusi Bolshevik di Rusia pada 1917.
"Menurut saya, ini prestasi besar dalam demokrasi. Bayangkan kalau negara lain acara seperti itu, bisa terjadi revolusi. Revolusi Bolshevik saja terjadi, padahal hanya 200 ribu orang," jelasnya.
"Ini kan artinya kita sudah dewasa. Kalau mau revolusi, ya sudah selesai, tapi nggak ada niat itu. Semuanya ingin revolusi konstitusional," tegas Fadli. (tsa/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini