"Kepentingan untuk memperjuangkan keumatan umat Islam, tujuannya memperjuangkan keadilan untuk umat Islam, tidak lebih tidak kurang, nggak ada hubungan politik," kata Natalius Pigai dalam diskusi publik bertema 'Reuni 212: Gerakan Moral atau Politik?' di Gado-gado Boplo, Jalan Dr Satrio, Jakarta Selatan, Sabtu (1/12/2018).
Menurutnya, umat Islam kini merasa tidak menerima keadilan dari pemerintah. Untuk itu, Pigai menilai melalui gerakan itulah umat Islam yang merasa belum mendapatkan keadilan menyampaikan pendapatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pigai menilai Reuni Akbar 212 hanya momentum umat Islam kembali berkumpul dan bereuni memperingati aksi 2 Desember 2016. Menurut Pigai, Reuni 212 kali ini kebetulan dilaksanakan saat tahun politik sehingga banyak anggapan gerakan itu untuk kepentingan politik.
"Tidak ada kaitannya dengan gerakan politik karena kebetulan di tahun politik. Ini hanya sekadar Reuni 212 kebetulan terjadi pada besok,"ujar Pigai.
Sebelumnya, Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menilai gerakan 212 kini tidak lagi murni gerakan moral membela Islam. Ia menyebut gerakan 212 itu telah menjadi gerakan oposisi yang menginginkan pemerintah saat ini berakhir.
"Gerakan 212 telah menjadi gerakan oposisi politik yang ingin memperjuangkan kekuasaan dan menghendaki pemerintahan Presiden Jokowi berakhir pada Pilpres 2019," kata Boni Hargens.
Saksikan juga video ' Kubu Jokowi Sebut Ada Kampanye Terselubung di Reuni 212 ':
(ibh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini