Oleh Karena itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat terkait perlakuan kepada penderita HIV/AIDS.
"Pernah ada kasus di Ponjong dan Wonosari, jadi ada yang meninggal karena kena HIV/AIDS, dan saat meninggal tidak ada yang mau memandikan jenazah karena takut tertular," kata Sekretaris Dinkes Kabupaten Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka saat ditemui di Kantornya, Jalan Kolonel Sugiyono, Purbosari, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Jumat (30/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Penderita HIV/AIDS di Gunungkidul Meningkat |
"Untuk itu kita terus lakukan sosialisasi ke masyarakat, bahkan dalam sosialisasi itu kita sering undang orang yang terinfeksi HIV sebagai pembicaranya," ujarnya.
"Semua itu agar mindset masyarakat berubah, dan tidak mendiskriminasi para penderita HIV," imbuhnya.
Menurutnya penyakit Tuberculosis (TB) lebih berbahaya dalam penularannya dibandingkan HIV/AIDS. Mengingat TB dapat menular dari berbincang-bincang dengan penderita penyakit tersebut.
Ditambahkan Priyanta, selain sosialisasi yang dilakukan, pihaknya mengajak masyarakat untuk melakukan Voluntary, Counselling and Testing (VCT) guna mengetahui ada masyarakat yang mengidap HIV atau tidak. Namun, pihaknya terkendala dengan masyarakat yang masih takut untuk melakukan VCT, padahal hal tersebut penting untuk dilakukan.
"Kita tidak memaksa mereka untuk melakukan VCT, tapi lebih amannya ya harus VCT. Kalau ada yang ikut VCT dan hasilnya positif nanti langsung dirujuk ke tahap pengobatan di rumah sakit, bahkan kalau punya BPJS pengobatannya bisa gratis," ujarnya. (bgs/bgs)











































