Dalam paparannya CT menyinggung persoalan perkembangan dunia industri yang begitu cepat. Menurutnya, perkembangan sektor industri yang begitu cepat harus direspons dengan bijak oleh segenap perguruan tinggi, termasuk UGM.
"Harus ada perubahan paradigma pola berpikir kita. Dulu sebelum zaman era digital dan perubahan lifestyle ini, untuk bisa menang kompetensi kita hanya perlu lebih efisien dan lebih produktif dari orang lain," ujarnya, Jumat (30/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Namun, kata CT, di era digital seperti sekarang dengan hanya mengandalkan efisien dan produktif tidak akan cukup. Era digital yang terjadi saat ini membutuhkan kreatifitas, inovasi dan tentunya jiwa enterpreneurship.
"Untuk ini kita butuh yang namanya sumber daya manusia yang unggul. Inilah fungsi pendidikan, inilah fungsi UGM, inilah fungsi pusat studi kependudukan dan kebijakan, inilah fungsi dari program studi kepemimpinan dan inovasi kebijakan," sebutnya.
"(Perguruan tinggi harus) menghasilkan sumber daya manusia yang unggul, yang produktif, efisien, tapi inovatif, kreatif, dan enterpreneur. Tanpa ini, negara ini tidak akan pernah menjadi negara pemenang," lanjutnya.
Menurutnya, untuk menghasilkan SDM yang unggul, maka perguruan tinggi harus mau bertransformasi menjadi enterpreneur university. Sebab, tidak cukup perguruan tinggi hanya menjadi knowladge university atau sekedar research university.
"Beberapa universitas di Amerika itu sudah men-declare (menyatakan) menjadi enterpreneur university. Mayoritas lulusannya menjadi enterpreneur, bukan pegawai. Nah ini menjadi penting untuk UGM melakukan perubahan paradigma seperti ini," tutupnya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini