"Sekarang yang sudah ada orang membuka logistic management, ada supply management, ada yang digital economy. Ini kemarin, 21 November yang akan membuka program studi, ITB me-launch program studi artificial intelligent," ujar Nasir di kompleks Istana kepresidenan, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (26/11/2018).
Baca Juga: Menristekdikti Imbau Peneliti Hasilkan Produk Obat-obatan Berkualitas
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nasir meminta perguruan tinggi melakukan inovasi. Jika tidak ada, perguruan tinggi akan ketinggalan.
"Jadi perguruan tinggi harus berkreasi dengan baik. Kalau nggak berkreasi, (bisa) ketinggalan," kata Nasir.
Sebab, pihaknya sudah memberikan kebebasan kepada setiap perguruan tinggi terkait pendirian program studi di kampus masing-masing. Masalah akreditasi dapat dinilai seiring dengan berjalannya proses.
"Akreditasi hanya dilakukan pada prosesnya, bukan dilakukan dalam perizinan. Dulu kan perizinan harus akreditasi dulu, kapan berdirinya. Nah, ini sudah kami pangkas," ujarnya.
Baca Juga: Menristek Ungkap Kini Ada 100 Prodi Baru yang Kekinian, Apa Saja?
Guru besar Universitas Diponegoro, Semarang, ini menambahkan sudah ada sekitar 150 program studi inovatif yang tersebar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu program studinya terkait perkebunan kopi.
"Yang muncul itu 100-150-an di seluruh perguruan tinggi Indonesia. Jadi ada yang mengembangkan di bidang perkebunan kopi ada juga. Jadi riset-riset ini yang harus kita dorong, perguruan harus kita dorong," sebutnya.
Baca Juga: Penegasan Menristek: Siapa Pun Capresnya Dilarang Kampanye di Kampus! (dkp/fdu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini