detikcom bersama beberapa media yang diundang Kedutaan Besar Australia di Jakarta untuk mengikuti Digital Indonesian Media Visit, berkesempatan mengunjungi Monash University di Australia, Senin (26/11/2018) dan bertemu sejumlah pihak kampus, termasuk periset tersebut.
Dosen bahasa, sastra, budaya dan ilmu bahasa Monash University, Howard Manns dan Direktur Pendiri Music Archive of Monash University (MAMU) Profesor Margaret Kartomi menceritakan tentang riset mereka. Howard meriset soal bahasa gaul Indonesia sedangkan Margaret meneliti tentang musik di Pulau Sumatera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Howard meneliti tentang bahasa Indonesia hingga bahasa yang dicampuradukkan. Dia mengaku sangat tertarik dengan bahasa gaul di Indonesia sehingga melakukan riset tersebut.
"Pertama kali saya ke Indonesia, saya mau meneliti bahasa yang dicampur, bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Jakarta, itu di Malang. Bahasa gaul menarik sekali sama saya, itu project pertama saya," ucap Howard yang mengaku punya proyek kedua yang masih membahas seputar bahasa Indonesia.
![]() |
Lanjut ke Margaret. Wanita yang mengaku menikahi pria asal Indonesia itu mengaku tertarik dengan musik Indonesia sejak usia muda. Menjelang usia 20 tahun, saat itu Margaret mengunjungi beberapa wilayah Indonesia. Dia sampai menulis buku.
"Buku mengenai musik di seluruh Sumatera. Musik, tarian, juga silat, mengenai geraknya dan lain-lain. Jadi musik dalam masyarakat," katanya.
Dia kini akan menerbitkan buku kedua yang fokus membahas Kepulauan Riau. Buku itu akan segera dicetak setelah dia dan belasan orang lain mengelilingi Kepulauan Riau selama bertahun-tahun.
"Sekarang ini buku saya yang mau diterbitkan mengenai Kepri. Tahu Kepri? Kepulauan Riau. Banyak orang tidak tahu. Kami sudah sepuluh tahun keliling Kepri. Cantik sekali. Sampai Natuna. Mereka ada musik, tari yang asli dan lain sekali dari daerah lain," tutur Margaret.
"Kami ada 15 orang, kami ada grup termasuk anak saya yang ahli teater Indonesia. Ada sarjana dari Denmark, dari Amerika Serikat, Inggris, Indonesia tentu berpartner dari Indonesia, Australia. Saya sebagai editor dan juga penulis untuk beberapa hal," sebutnya.
Selain ke Sumatera, Margaret mengaku telah mengunjungi Papua hingga Kalimantan Selatan. Lalu, mengapa memilih menulis tentang Sumatera?
"Karena diabaikan. Jawa itu banyak sekali orang yang sarjana. Sumatera bagi saya agak juga gampang karena bahasanya Melayu itu hampir sama dengan Indonesia. Suami saya senang sekali keliling. Dia seorang insinyur sebetulnya, senang sekali keliling negaranya. Anak kami juga sejak 30 tahun lalu keliling meneliti teater Indonesia, macam macam teater," pungkasnya. (gbr/idh)