Begini penjelasan BPPTKG yang disampaikan langsung oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait aktivitas Gunung Merapi tersebut.
"Guguran lava terjadi akibat pertumbuhan kubah lava yang sudah mencapai batas permukaan kubah lava 2010 hampir di semua arah termasuk pada arah bukaan kawah. Hal ini memungkinkan guguran material kubah langsung meluncur ke luar kawah seperti yang terjadi pada 22 November kemarin," kata Kepala PVMBG, Kasbani saat jumpa pers di kantor BPPTKG Yogyakarta, Jalan Cendana No 15, Kota Yogya, Senin (26/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertumbuhan kubah lava yang mulai muncul pada 22 Agustus 2018 tersebut rata-rata 3.000 meter kubik per hari dengan volume kubah lava per tanggal 22 November 2018 mencapai 308 ribu meter kubik.
"Kubah tumbuh sampai ke tepian sehingga ini memungkinkan terjadinya longsoran atau guguran kubah lava," jelasnya.
Namun demikian, pertumbuhan kubah lava sejauh ini masih relatif kecil jika dibandingkan sebelum erupsi tahun 2010. Saat ini kondisi kubah lava juga masih simetris dan stabil dengan volume kawahnya yang mencapai sekitar 10 juta meter kubik.
"Pertumbuhan kubah lava yang ada di atas jumlahnya masih relatif kecil dibandingkan volume kawahnya. Tapi memang berpotensi terjadi longsoran karena ujung penyebaran sampai tepian memungkinkan terjadi guguran kalau ada suplai magma," paparnya.
Meski telah mengalami guguran lava, status Gunung Merapi saat ini masih Waspada (level 2). Masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III diimbau terus mengikuti informasi pertumbuhan kubah dan guguran lava. Serta masyarakat diperbolehkan beraktivitas dengan radius lebih dari 3 km dari puncak Merapi.
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini