"CIA bukanlah suatu standar tertinggi dalam kebenaran atau akurasi dalam menilai sebuah situasi. Ada banyak contohnya," ujar Al-Faisal dilansir dari Reuters, Minggu (25/11/2018).
Al-Faisal merupakan mantan pimpinan intelijen Saudi dan Duta Besar Saudi untuk AS. Ia mencontohkan saat CIA menyebut soal kepemilikian senjata kimia Irak yang menyebabkan terjadinya invasi AS ke Irak pada 2003.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Makanya saya heran AS tidak mengadili CIA. Ini adalah jawaban saya untuk penilaian mereka tentang siapa yang bersalah dan siapa yang tidak, dan siapa yang melakukan apa di konsulat di Istanbul," imbuh Al-Faisal.
Sebelumnya, CIA disebut memiliki rekaman percakapan telepon yang berisi instruksi Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) 'untuk membungkam Jamal Khashoggi sesegera mungkin'.
Seperti dilaporkan media lokal Turki, Hurriyet Daily News, Jumat (23/11), informasi tersebut diungkapkan oleh kolumnis Hurriyet, Abdulkadir Selvi, dalam laporan terbarunya pada Kamis (22/11) waktu setempat, dengan mengutip sumber-sumber yang memahami isu tersebut.
Disebutkan Selvi dalam laporannya bahwa Direktur CIA Gina Haspel 'mengisyaratkan' dalam kunjungan ke Ankara bulan lalu, soal keberadaan hasil penyadapan panggilan telepon antara MBS dengan adiknya, Pangeran Khalid bin Salman (KBS), yang menjabat sebagai Duta Besar Saudi untuk AS.
Menurut sumber-sumber yang dikutip Selvi, MBS dan adiknya terdengar membahas 'ketidaknyamanan' yang muncul akibat kritikan Khashoggi untuk pemerintah Saudi yang disampaikan terang-terangan di depan publik. Tidak disebut lebih lanjut kapan panggilan telepon itu dilakukan.
"Disebutkan bahwa Putra Mahkota (MBS-red) memberikan instruksi untuk membungkam Jamal Khashoggi sesegera mungkin dan instruksi ini terekam dalam penyadapan CIA," sebut Selvi dalam laporannya. (tsa/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini