Keputusan itu dikeluarkan beberapa hari setelah seorang hakim memerintahkan kepada pemerintah agar memulihkan kembali kartu pers sang jurnalis untuk meliput di Gedung Putih.
Dalam pengumuman pada Senin, Gedung Putih juga mengeluarkan "aturan tentang jumpa pers di masa depan".
Di dalam aturan baru itu diantaranya disebutkan kemungkinan membatasi satu pertanyaan bagi setiap jurnalis.
- Bertengkar dengan Donald Trump, wartawan CNN dilarang masuk Gedung Putih
- Presiden Trump pecat Jaksa Agung Jeff Sessions
- Sejumlah pejabat Gedung Putih 'bekerja untuk menggagalkan agenda' Presiden Trump
Selain pembatasan pertanyaan, Gedung Putih menambahkan dalam surat kepada Acosta, bahwa pemulihan izinnya hanya berlalu "atas kebijaksanaan presiden atau pejabat Gedung Putih lainnya".
Surat itu memperingatkan bahwa akan ada tindakan lebih lanjut terhadap Acosta kecuali dia mengikuti aturan baru.
Trump telah mengancam untuk meninggalkan jumpa pers masa jika wartawan tidak bertindak "sopan".
Menanggapi keputusan Gedung Putih yang telah memulihkan izin baginya untuk meliput di Gedung Putih, Acosta mengatakan saat ini dia menunggu kepastiannya.
https://twitter.com/Acosta/status/1064624269206917120
Bagaimana pencabutan akses liputan itu berawal?
Selama jumpa pers pada 8 November lalu, seorang staf Gedung Putih berusaha mengambil mikrofon yang sedang digunakan oleh Jim Acosta.
Saat itu Acosta mencoba mengajukan pertanyaan lanjutan kepada presiden.
Dalam jumpa pers itu, Donald Trump menyebut wartawan CNN itu sebagai 'orang yang kasar dan mengerikan'.
Dan sehari kemudian dia dilarang meliput segala kegiatan Trump di Gedung Putih.
CNN mengajukan gugatan agar Acosta diizinkan kembali untuk meliput di Gedung Putih. Upaya ini didukung oleh berbagai media lainnya, termasuk oleh Fox News yang orientasi pemberitaannya condong konservatif.

Dalam putusan sela pada hari Jumat, seorang hakim di Washington DC mengatakan pemerintah tidak dibenarkan untuk mencabut hak meliput Acosta.
Menyelamatkan mukaAnalisa Anthony Zurcher, wartawan BBC News, Washington
Terlihat seperti orang tua yang tidak memperlihatkan kemarahan, tetapi tidak mampu menutupi rasa kecewa, sekretaris pers Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders mengeluarkan serangkaian aturan yang dia katakan akan mengatur perilaku wartawan yang dapat diterima.
Peraturan itu, tentu saja, menimbulkan interpretasi yang macam-macam. Wartawan mana yang akan menjadi orang pertama yang mampu mengajukan aneka pertanyaan secara sekaligus? Siapa yang harus menentukan pertanyaan lanjutan yang dianggap tepat?
Tampaknya peraturan itu diciptakan sebagai cara untuk menyelamatkan muka pemerintah setelah kalah dalam pertarungan hukum yang memang tidak mungkin dimenangkan mereka.
(ita/ita)