Selokan yang menghitam dan bau tak sedap yang menguar dari saluran pembuangan seolah sudah akrab dengan kehidupan mereka. Sementara itu, air Ciliwung di belakang rumah mereka berwarna cokelat dan keruh. Macam-macam sampah hanyut terbawa arus.
Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC), bantaran kali yang berubah menjadi kampung padat penduduk di RT 11/04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, itu termasuk yang bakal dinormalisasi. Setidaknya ada 30 rumah yang akan terkena proyek itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Normalisasi Ciliwung merupakan bagian dari Program Penanganan Banjir Nasional yang dicanangkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Proyek ini juga terintegrasi dengan normalisasi Sungai Cisadane, pembangunan sodetan Ciliwung, pengamanan pantai Jakarta, dan pembangunan polder Kali Mati.
Normalisasi dilakukan dengan melebarkan sungai menjadi 35-50 meter, memperkuat tebing, dan membangun tanggul. Sempadan sungai difungsikan sebagai jalan inspeksi dengan lebar 6-8 meter. Kapasitas daya tampung air sungai ditingkatkan dari 200 meter kubik per detik menjadi 570 meter kubik per detik. Juga dilakukan penataan kawasan di sekitar Sungai Ciliwung.
Proyek normalisasi Ciliwung terbagi menjadi empat ruas. Pertama, ruas dari hulu, yakni jembatan Tol TB Simatupang-Jembatan Condet (Jakarta Timur) dengan target pembuatan tanggul sepanjang 7,58 km. Ini meliputi Kelurahan Gedong, Tanjung Barat, dan Pejaten Timur.
Kedua, ruas jembatan Condet-jembatan Kalibata sepanjang 7,55 km di Kelurahan Balekambang, Pejaten Timur, dan Rawajati. Ketiga, ruas jembatan Cawang-jembatan Kampung Melayu sepanjang 8,82 km di Kelurahan Cawang, Pengadegan, Cikoko, Bidara Cina, dan Kebon Baru. Keempat, ruas jembatan Kampung Melayu sampai Pintu Air Manggarai sepanjang 9,74 km di Kelurahan Manggarai, Kampung Melayu, dan Bukit Duri.
![]() |
Bambang mengatakan, sejak Februari 2018, semua kegiatan proyek normalisasi dihentikan sementara. Hal itu dilakukan karena menunggu permasalahan pembebasan lahan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta. Juga menunggu keputusan pengadilan terkait gugatan warga yang lahannya terkena dampak.
Pemprov DKI Jakarta sendiri berupaya merelokasi warga di sekitar Sungai Ciliwung ke Rumah Susun Rawa Bebek di Cakung dan Klender, Jakarta Timur. Namun, tak semua warga setuju dengan solusi itu karena rusun itu dianggap jauh. Sebagian warga juga menginginkan adanya uang ganti rugi. "Saya tidak tahu persis jumlahnya berapa, cuma kan yang melakukan itu Pemprov DKI Jakarta. Ada tim pengadaan lahan. Kalau dulu namanya Tim Sembilan istilahnya," ujar Bambang.
Selama ini pengerjaan proyek normalisasi dilakukan secara paralel. Proyek baru bisa dikerjakan setelah ada daerah yang dibebaskan. Kendati demikian, masih ada hambatan lain di lapangan, seperti banyaknya gedung bertingkat, pabrik, dan padatnya penduduk, yang membuat sulit akses masuk alat berat ke lokasi.
"Komitmen Pemprov, (proyek) tetap melanjutkan. Permasalahan cuma itulah, masyarakat itu ada yang ahli warisnya sudah dibebaskan, tapi ada juga yang belum. Kendalanya banyak sekali, sehingga prosesnya lama," tuturnya.
Ulasan selengkapnya dapat Anda baca di detikX edisi 13 November 2018
Saksikan juga video ' Normalisasi Sungai Ciliwung Terkendala Pembebasan Lahan! ':
(zal/irw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini