Seperti tahun-tahun sebelumnya, halaman Masjid Agung memang dikhususkan bagi pedagang khas sekaten. Selain kinang dan telur asin, ada pula mainan khas seperti pecut dan gasing kayu.
Menurut Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta, KGPH Dipokusumo, makanan dan mainan tersebut memiliki makna dan petuah simbolis leluhur. Misalnya kinang yang terdiri dari lima unsur melambangkan rukun Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di luar masjid pun masih banyak makanan dan mainan khas sekaten yang dijual di sekitar Alun-alun Lor. Misalnya jenang dodol, kapal othok-othok dan celengan.
"Celengan itu untuk menabung. Orang Jawa punya pepatah gemi setiti lan ngati-ati. Dengan menabung, diharapkan tahun depan bisa ke sekaten lagi," ujar Dipo.
Pedagang kinang asal Boyolali, Mbah Juli, mengatakan setiap tahun berjualan kinang dan telur asin di sekaten. Dia mengharapkan tambahan rezeki dari sekaten.
"Hari biasa jualan pakaian, kalau ambil barang di Klewer. Saat ada sekaten saya jualan kinang dulu, semoga tambah rezeki dan berkah," ujar Juli.
![]() |
Selain itu, berbagai kuliner tradisional turut meramaikan sekaten. Sebut saja sate kere, nasi liwet, cabuk rambak, gendar pecel dan wedang ronde dapat dijumpai di halaman masjid.
Selain sebagai tradisi yang terus dilestarikan, diharapkan sekaten dapat menjadi tempat wisata budaya sekaligus religi bagi masyarakat. Sebab, bagaimanapun sekaten pada awalnya memang digunakan untuk syiar agama Islam.
![]() |
Pengin melihat dan menikmati langsung, silakan datang ke Sekaten di Kompleks Masjid Agung Surakarta. (bai/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini