Salah satunya yaitu Sunsri House of Jewelry. Di toko ini para pengrajin sudah dibantu alat-alat modern, mulai dari desain hingga cetakan 3 dimensi.
Toko ini juga melibatkan anak-anak muda untuk berkarya dan membuat desain perhiasannya. Produk-produknya pun didesain lebih simpel agar bisa menjangkau berbagai usia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Celuk ciri khasnya bun dari kawat, jawan itu bola-bola kecil jadi ornamen, itu mengikuti pola hias ragam di Bali, patra-patra (pakem) di Bali. Ciri khas di Bali itu kembang bonde, bun-jawan itu jadi ciri khasnya," terang Kadek Ganda, saat ditemui Rabu (7/11/2018).
Kadek Ganda merupakan salah satu pengusaha yang berhasil bertahan dan mengembangkan produk-produk kerajinan perak di desanya. Model pemasaran produknya pun sudah melalui online dan melayani ekspor hingga ke Eropa.
"Kalau dulu ya semua dikerjakan sendiri, ibarat tukang sate mulai dari motongin daging, sampai ngipasin. Kalau sekarang nggak enak kerja dinikmati sendiri, makanya saya ajak teman-teman buat bantu sambil buka lapangan kerja," ujarnya.
Dia juga menyediakan tur untuk melihat langsung produksi perak di tokonya. Salah satu yang menarik yaitu penggunaan teknologi cetak digital 3 dimensi untuk mempercepat produksinya.
"Total sekitar 22 pekerja termasuk wax carver, staf casting, staf plating, dan staf lasser, dan ada beberapa tukang outsource. Jadi sekitar 35 orang," ujarnya.
Perhiasan perak buatan toko ini juga sudah diekspor hingga ke luar negeri. Untuk pasar domestik, perhiasan toko ini juga diminati tokoh ternama.
"Kalau untuk produk Sunaka sudah banyak yang pakai ada Bella Saphira, dan ibu Wakil Presiden Mufidah Kalla membeli produk kami saat exhibition di Jakarta," ujar bagian marketing Sunsri, Eliza.
"Kalau untuk ekspor kita sampai Swedia, banyak diekspor ke Eropa, Australia. Kalau Sunsri sendiri belum mengeluarkan koleksi karena kami fokus di manufaktur. Nanti ketika galeri buka, ada beberapa koleksi yang sudah siap dijual untuk umum," sambungnya.
Ada tiga lantai di tokonya dibagi menjadi bagian produksi, marketing, hingga penyimpanan. Di lantai satu digunakan untuk tim desain dan penyimpanan produk yang sudah jadi.
Kemudian di lantai dua menjadi ruangan tempat produksi, ada desk yang membagikan bahan perak ke pengrajin, mencetak dummy hingga bagian marketing. Salah satu karyawan, Karan mengatakan pencetakan dummy dilakukan untuk mempercepat hasil produksi.
"Untuk mempersingkat waktu pakai cetakan, jadi hasilnya bisa seragam. Kalau pembeli dari luar biasanya ada yang minta hand made, ya bisa dibuatkan custom tapi harganya lain," terangnya.
Meski sudah modern, beberapa pembuatan perhiasan masih menggunakan cara tradisional misalnya untuk mendetailkan motif perhiasan hingga pengecekan quality control. Beralih dari ruangan ini, di lantai tiga merupakan lokasi untuk melapisi emas dan grafir nama. Ada juga studio mini untuk pemotretan produk.
Rencananya Sunsri juga akan membuka museum tentang kisah berdirinya toko tersebut dan alat-alat tradisional yang dulunya digunakan untuk membuat kerajinan. Saat ini toko tersebut sedang melakukan renovasi untuk mewujudkan museum tersebut. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini