Wahidin mengatakan, ia mengetahui salah satu pabrik menarik uang Rp 4 juta bagi. Tapi, praktik ini menurutnya dilakukan perorangan dan pemerintah daerah tidak bisa intervensi.
"Saya sudah punya data, Nikomas itu termasuk. Masyarakat di situ tersaingi ketika mau masuk (kerja) dimintai Rp 4 juta. Tapi kalau perilaku pabrikan atau personal-personal bukan kayak kepala dinas," kata Wahidin kepada wartawan di Serang, Banten, Selasa (6/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dengar, tapi (itu) saya no comment," ujarnya.
Ia melanjutkan, sebetulnya angka 8,52 persen pengangguran per Agustus 2018 di Banten turun satu digit dibandingkan periode yang sama di tahun lalu pada angka 9,9 persen. Tapi, meski turun, Banten secara nasional masih berada di ranking pertama. Begitu pun dalam survei kemiskinan, Banten menurutnya ada di posisi terendah ke-4 se Indonesia.
Sementara, akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Leo Agustino mengatakan, pengangguran sebetulnya jadi masalah utama di Banten. Tidak mudah menyelesaikan masalah ini jika menggunakan penyelesaian dimensti tunggal.
Gubernur, bupati, dan wali kota menurutnya harus menyelesaikan mulai dari dimensti fragmentasi ekonomi, mendorong kerja produktif, memperbaiki kualitas pendidikan, mendorong usaha rintisan di tingkat mikro sampai menengah. Pemda juga harus mempertimbangkan deregulasi agar investasi datang ke Banten. Dan mempertimbangkan membuka lapangan kerja dari sektor pariwisata yang saat ini luput dari perhatian berbagai pihak.
"Dan masih banyak lagi cara yang bisa dilakukan kepala dan wakil kepala daerah di Pemda," tegasnya. (bri/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini