Seusai salat Jumat, warga mulai berdatangan ke lokasi di kawasan obyek wisata Pengging, di Banyudono, Boyolali, Jumat (2/11/2018). Mereka berdiri di pinggir-pinggir jalan yang dilalui iringan-iringan pawai dua gunungan apem.
![]() |
Sesampainya di panggung, gunungan itu pun langsung dinaikkan ke panggung setinggi sekitar 2,5 meter. Tak hanya orang dewasa, anak-anak hingga orang tua, laki-laki dan perempuan ikut dalam rebutan apem yang dilemparkan dari atas panggung itu.
"Ngalap berkah, Mas," kata Ny Cokro, yang jauh-jauh datang dari Baki, Kabupaten Sukoharjo.
![]() |
Tradisi ini telah berumur ratusan tahun, pada masa pemerintahan Paku Buwono II di Keraton Surakarta. Awal mula tradisi ini, konon dimulai karena terjadi wabah hama keong emas yang meyerang tanaman warga. Sang raja lalu memerintahkan agar keong emas itu dimasak dengan cara dikukus dan dibalut janur (daun kepala muda).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Tradisi sebaran apem ini sudah dilakukan rutin setiap tahun sekali sejak jaman dulu. Dilaksanakan setiap bulan Sapar. Tradisi ini terus digelar untuk melestarikan budaya," ujar Camat Banyudono, Agus Darmawan. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini