Diskusi Bareng Mantan Teroris, Rommy: Islam Indonesia Penuh Damai

Diskusi Bareng Mantan Teroris, Rommy: Islam Indonesia Penuh Damai

Muhammad Idris - detikNews
Kamis, 01 Nov 2018 17:57 WIB
Foto: Dok. PPP
Tangerang Selatan - Ketua Umum PPP, Romahurmuziy, menggelar diskusi bertema 'Aktualisasi Nilai-nilai Alquran sebagai Tonggak Perdamaian Islam Indonesia' di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain Rommy, pembicara yang hadir dalam diskusi ini adalah KH Ahsin Sakho Muhammad (pakar qiraat dan ilmu Alquran), Faizah Ali Syibromalisi (ahli tafsir), dan mantan teroris Sofyan Tsauri.

Rommy menyampaikan, sejak awal masuk ke Indonesia, Islam menunjukkan pesan damai dan menghindari konflik. Islam masuk melalui jalur perdagangan, pendidikan, hingga tasawuf dan jauh dari perang.

"Bahkan para wali harus menunggu beberapa tahun setelah kehancuran Kerajaan Majapahit saat akan mendirikan Kerajaan Islam Demak. Agar kehadiran Demak tidak disangka penyebab hancurkan Majapahit yang Hindu," kata Rommy, Kamis (1/11/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Spirit perdamaian yang disampaikan Islam sejak awal kedatangannya itu, menurut Rommy, juga harus dipegang umat Islam di Indonesia. Umat Islam tidak bisa mendirikan negara Islam karena sudah ada Pancasila, yang merupakan titik temu yang dipilih para pendiri bangsa. Termasuk para ulama.


Rommy meminta umat Islam juga bisa berada di garda terdepan menjaga perdamaian dan persatuan Indonesia. Umat tidak boleh terprovokasi oleh adu domba, apalagi sampai bertikai karena perbedaan paham keagamaan. Sebab, sering kali konflik agama ini berujung perang yang tak berkesudahan.

Dalam sejarah, kata Rommy, pertikaian karena perbedaan paham keagamaan sudah terjadi sejak masa sahabat. Bahkan tiga dari empat khulafa'urrosyidin meninggal karena dibunuh.

"Sayyidina Ali dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, seorang khawarij," kata Rommy.

Sementara itu, mantan terpidana terorisme, Sofyan, menyebut sikap takfiri (mengkafirkan) sudah biasa terjadi di kalangan kaum radikal. Setiap orang yang tak sepaham dianggap kafir. Bahkan orang yang menerima Pancasila sebagai asas negara pun dianggap kafir.


"Malah kalangan radikal menganggap bahwa orang yang tidak mengkafirkan golongan yang mereka anggap kafir, maka ia sudah masuk dalam kekafiran," jelas Sofyan.

Sofyan melanjutkan banyak wanita menikah tanpa wali karena mereka menganggap orang tua mereka kafir gara-gara hanya berprofesi sebagai PNS. Jadi mereka menikah dengan wali hakim. (idr/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads