"Berbeda dengan Melawi (Kalimatan Barat) yang debit airnya banyak dari gunung. Kita sebaliknya, debit air terbatas," ucap Oded di PDAM Tirtawening Kota Bandung, Kamis (25/10/2018).
Dia menjelaskan saat ini ketersediaan air bersih Kota Bandung bergantung dari sumber yang ada di Situ Cipanunjang. "Kalau di sana kering, maka kita kering juga," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, sambung dia, warga lebih memilih untuk mendapatkan air dengan cara mengebor tanah. Sebab PDAM belum bisa memenuhi kebutuhan seluruh warga.
Pemkot Bandung memastikan saat ini pemerintah tengah berupaya memenuhi kebutuhan tersebut dengan mencari berbagai inovasi yang tidak mengganggu lingkungan dan aturan yang sudah ada.
"Kalau Perda (air tanah) memang ada dan itu terus kita tegaskan. Kalau dibiarkan bebas, bahaya. Sambil kita sekarang menjaga dan melindungi walau pun ada keterbatasan," ujar Oded.
Guna mengantisipasi kerusakan alam yang semakin parah akibat pengeboran air secara masif, Oded mengajak warga untuk mengikuti anjuran pemerintah dengan membuat sumur resapan.
"Konsep saya justru yang harus diperkuat itu sumur resapan, bukannya tidak ada air nyedot semakin dalam. Sumur resapan itu berfungsi untuk menabung air saat hujan. Kita harapkan kesadaran masyarakat," tutur Oded.
Peneliti Puslit Geoteknologi LIPI menyebut ancaman paling nyata bencana di Kota Bandung diakibatkan oleh pengeboran air tanah yang masif. Hal itu bisa mengakibatkan penurunan tanah. Bahkan ia menyebut kondisi saat ini sudah semakin kritis.
"Kalau sudah dalam kondisi kritis, tidak boleh lagi ada pengambilan air tanah dalam yang nantinya bisa berdampak penurunan tanah. Itu sudah jadi ancaman nyata," ujar Adrin kepada detikcom usai acara diskusi 'Potensi Likuifaksi di Wilayah Cekungan Bandung' di Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Rabu (24/10).
Menurut Adrin, ancaman yang disebutnya nyata itu sangat berpotensi di Kota Bandung terutama di daerah selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan di daerah timur yang berdiri banyak pabrik. Dia mengungkapkan pengambilan air tanah yang semakin marak membuat tanah Kota Bandung yang berupa lapisan lempung menciut. Akibatnya, kata dia, lapisan tanah yang di atasnya akan mengalami penurunan.
"Contohnya busa untuk cuci piring yang banyak pori-porinya. Coba remas, itu volume mengecil air keluar. Sama dengan lempung di dalam tanah yang airnya ikut terhisap, maka volumenya berkurang dan lapisan tanah di atasnya turun. Itu fenomena penurunan tanah akibat penggunaan air tanah yang berlebihan," tutur Adrin. (tro/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini