Pantauan detikcom, Jumat (19/10/2018), ruangan yang rusak parah adalah ruang kelas 6. Sebanyak 58 anak mengisi kelas itu. Dari luar tidak tampak kerusakannya, sebab warna cat di kelas tersebut cukup cerah. Sebagian plafon di ruangan kelas itu bolong-bolong. Rangka kayunya pun sudah keropos, sehingga disangga dengan bambu di dua titik.
Kerusakan paling parah terjadi di satu sisi, sehingga para siswa duduk berdesak-desakkan di sisi lainnya. Enti Rohaeti, salahsatu guru mengatakan, kerusakan kelas telah terjadi sejak setahun terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enti mengaku mendapat kabar apabila perbaikan ruangan kelas akan dilakukan tahun depan. Namun ia berharap bisa secepatnya. "Katanya tahun 2019 mau diperbaiki, masa tahun 2019? kan ini kebutuhannya mendesak dan membahayakan. Sewaktu-waktu atap kelas bisa roboh," ujarnya.
![]() |
Musim penghujan yang segera datang juga jadi kekhawatiran Enti. Setiap hujan, kelas selalu bocor. "Kalau hujan bocor, kursinya digeser-geser. Di belakang pindah ke tengah, pindah-pindah cari yang enggak bocor, terus aja digeser-geser," keluhnya.
Hal itu diamini guru lainnya Nurdin Amal. Selama mengajar, Nurdin mengaku selalu waswas atap kelas ambruk. "Was-was takutnya ada eternit yang jatuh di atas, selain itu, takutnya anak-anak bermain dan memabrak bambu (penyangga) itu, kan anak-anak suka lari-lari," ujar Nurdin.
Sementara itu Wakil Kepala Sekolah SDN Papakmanggu Euis Nuraeni mengatakan selain ruangan kelas 6, ada tiga ruang kelas juga yang rusak, meski kerusakannya tidak parah.
"Kelas lain ada yang gentengnya bocor, kayu-kayu keropos dan lantai keramiknya pecah-pecah. Ruangan kepala sekolah juga rusak," Euis.
Ia berharap Bupati Bandung Dadang M Naser segera memperbaiki ruangan kelas yang rusak. "Kami harap kepada Pak Bupati untuk segera memperbaiki sekolah kami. Kami khawatir terjadi apa-apa terhadap siswa, apalagi sekarang sudah memasuki musim hujan," pungkasnya.
Saksikan juga video 'Memilukan! Siswa di Banten Belajar di Kelas Bekas Kandang Kerbau':
(ern/ern)