Militer Israel menyatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (16/10/2018), sekolah tersebut telah menjadi sumber kekerasan selama berbulan-bulan ini, dengan batu-batu dilemparkan dari sekolah itu ke jalan utama di dekatnya, yang digunakan pasukan dan para pemukim Israel di wilayah Tepi Barat.
Sekolah tersebut digunakan oleh murid-murid dua desa Palestina: As-Sawiya dan Al-Lubban di selatan kota Nablus dan berlokasi di jalan utama di Tepi Barat. Pada Minggu (14/10) lalu, militer Israel mengeluarkan perintah penutupan sekolah tersebut. Namun para siswa dan warga yang marah atas penutupan itu, mencoba masuk ke sekolah tersebut pada Senin (15/10) pagi waktu setempat bersama sejumlah pejabat Palestina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentara-tentara Israel dan polisi perbatasan pun melepaskan gas air mata ke warga, termasuk ke dalam lingkungan sekolah, untuk membubarkan massa.
Menurut Palang Merah Palestina, empat orang terluka akibat terkena peluru karet dalam bentrokan tersebut. Beberapa warga Palestina lainnya terkena gas air mata. Seorang fotografer AFP, Jaafar Ashtiyeh juga terluka dalam bentrokan tersebut.
Seorang pejabat desa, Samer Ewass, mengatakan bahwa mereka memprotes keputusan penutupan sekolah tersebut. "Kami menolak keputusan ini," cetusnya.
"Anak-anak ini berhak untuk pendidikan, mereka berhak untuk duduk di bangku sekolah seperti anak-anak lainnya di negara manapun," imbuhnya.
Dalam statemennya, militer Israel menyebut sekolah tersebut telah menjadi lokasi aksi-aksi teror dan kerusuhan dalam beberapa bulan ini. "Sebagai respons atas banyaknya aksi teror populer yang membahayakan warga sipil Israel dan Palestina yang berkendara di jalan tersebut ... area sekolah dinyatakan sebagai zona militer tertutup," demikian statemen militer Israel.
Saksikan juga video 'Cara Kejam Israel Menggusur Permukiman Palestina':
(ita/ita)