"Informasi terkait hilangnya itu, kan Polri baru tahu sekarang. Tentunya, kalau hilang, ada indikasi pencurian. Ketika dilaporkan, akan kami lakukan penyelidikan," kata Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Syahar Diantono di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (1/10/2018).
Syahar menjelaskan, jika memulai penyidikan, Polri akan berkoordinasi dengan BMKG. "Tentunya Polri akan berkoordinasi dengan BMKG," tambah Syahar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut menyampaikan hal tersebut terkait dengan kejadian gempa dan tsunami di Palu dan Donggala pada Jumat (28/9). Di luar itu, Luhut menyampaikan peralatan pendeteksi bencana milik BMKG juga perlu diperbarui agar lebih baik dalam mendeteksi potensi bencana alam.
"Kita ingatkan masyarakat, tolong jangan buoy-buoy itu dicuri. Jadi banyak itu di Aceh maupun di Palu sehingga early warning (peringatan dini) itu jadi bisa terlambat sampainya," kata Luhut di kantornya, Jakarta Pusat, siang tadi.
Hal senada sebelumnya diungkapkan Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho. Sutopo mengatakan alat deteksi tsunami Indonesia atau tsunami buoy tak beroperasi sejak 2012.
karena hilangnya buoy, sistem peringatan dini tsunami di Indonesia didasarkan pada data-data yang diterima komputer yang kemudian diolah hingga menjadi simulasi. Sementara itu, buoy merupakan salah satu opsi teknologi pendeteksi dini tercepat mengenai potensi tsunami.
"Ya kalau menurut saya, memerlukan (buoy), sangat memerlukan, wilayah Indonesia itu yang rawan tsunami. Tsunami sering terjadi dan menimbulkan banyak korban. Di satu sisi, pengetahuan masyarakat, sikap prilaku antisipasi tsunami masih sangat minim. Kita memerlukan deteksi tsunami yang ditempatkan di laut," ujar Sutopo di kantor BNPB, Jl Pramuka, Jakarta Timur, Minggu (30/9). (aud/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini