"Sektor pertanian adalah mesin pertumbuhan ekonomi dan agen perubahan bagi kemajuan sosial jutaan petani kecil," demikian disampaikan Wakil Tetap RI untuk FAO dan Organisasi Internasional lainnya di Roma, Duta Besar RI, Esti Andayani, dalam sambutannya di Kantor Pusat FAO di Roma, Italia Kamis (27/9).
Mengangkat tema "Market Access for Agricultural Commodities: Its Impact in the 2030 Agenda for Sustainable Development Goals," pertemuan memperoleh dukungan kuat kelompok negara berkembang termasuk Nigeria, serta Uni Eropa dan FAO, yang juga hadir sebagai Panelis dalam pertemuan bersama-sama Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut menurut rilis pers KBRI Roma yang diterima detikcom, Jumat (28/9/2018), FAO menyampaikan data United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang menunjukkan, bahwa meskipun terdapat penurunan tarif sejak berdirinya WTO pada tahun 1995, hambatan non-tarif justru meningkat tiga kali lebih besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panelis dari Kementerian Luar Negeri RI, Vivi Feriany, menyampaikan dalam pertemuan bahwa peningkatan hambatan tarif dan non-tarif terhadap komoditas pertanian dapat mengancam upaya pencapaian ketahanan pangan dan SDGs, utamanya terkait peningkatan kesejahteraan petani, pengentasan kemiskinan dan kelaparan, serta pengembangan kehidupan layak di daerah pedesaaan. Indonesia secara khusus menekankan kontribusi signifikan sektor kelapa sawit bagi pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan.
Penyelenggaraan dialog yang menjadi Side-Event pada Sesi ke-72 Komite Isu-isu Komoditas FAO tersebut mendapatkan apresiasi dari para negara anggota FAO. Para peserta secara antusias berpartisipasi dalam sesi tanya jawab. Mereka juga menyambut baik inisiatif Indonesia untuk terus mendorong keterbukaan akses pasar dan menghapus berbagai tantangan non-tarif bagi komoditas pertanian.
Bertindak sebagai salah satu panelis pada Pertemuan, Duta Besar Nigeria untuk FAO, Yahya Olaniran, menekankan pentingnya negara-negara untuk melakukan investasi dalam sarana pendukung dan infrastruktur guna peningkatan kapasitas produksi dalam negeri agar dapat menembus pasar global.
Sementara itu, Duta Besar Uni Eropa untuk Badan-badan PBB di Roma, Jan Tombinski, memaparkan pandangan dari negara maju yang merupakan importir terbesar komoditas pertanian, sekaligus menggarisbawahi pentingnya keterbukaan pasar yang diimbangi dengan keamanan pangan (food safety), dan menyampaikan dukungan Uni Eropa terhadap pengembangan kapasitas dan penguatan kerja sama bilateral dengan negara-negara produsen.
Selain itu, disampaikan pula paparan hasil penelitian The Global Bioenergy Partnership yang telah berhasil mengembangkan indikator pengawasan dan evaluasi aspek keberlanjutan sektor bioenergi, antara lain melalui proyek percontohan di Indonesia. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini