Tim Ekspedisi APPSI bersama Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Babel berkunjung ke perkebunan lada di Kabupaten Bangka Tengah yang total luasnya mencapai 2.310,05 hektare pada Kamis, (26/9/2018).
Diungkap Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Yan Megawandi, kualitas lada putih di Babel merupakan yang terbaik di dunia, namun saat ini harga komoditas lada sedang jatuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdekatan dengan perkebunan lada, juga terdapat Hutan Pelawan yang merupakan Taman Keanekaragaman Hayati. Tim Ekspedisi APPSI mengeksplorasi Pohon Pelawan yang menjadi tempat bersarangnya lebah yang menghasilkan madu pahit khas Bangka. Kemudian dibawah pohon tumbuh jamur pelawan yang harganya mencapai Rp 2,5 juta per kilogram. Baik madu maupun jamur pelawan dikenal memiliki khasiat tinggi untuk kesehatan.
Selain itu, Tim Ekspedisi juga mengunjungi industri pengolahan ikan menjadi krupuk kemplang khas Bangka. Krupuk kemplang ini diolah dari ragam ikan seperti ikan parang-parang, ikan tengiri, cumi-cumi hingga udang, dan telah diekapor ke 15 negara terutama Korea Selatan.
Mario, selaku pemilik usaha krupuk kemplang khas Bangka mengaku masih kekurangan pasokan bahan ikan hingga harus mengimpor ikan.
"Kebutuhan ikan begitu besar mencapai puluhan ton tiap bulan, sementara ada waktu tertentu dimana nelayan tidak melaut sehingga kami terpaksa impor," ungkap Mario.
Sementara Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman mengungkapkan bahwa di sektor perikanan kebutuhan utama di Bangka Belitung adalah menambah cold storage sehingga stok ikan dapat disimpan untuk waktu yang lebih lama, dan dapat menjadi stok saat nelayan tidak bisa melaut.
Untuk mengetahui informasi lainnya dari Ekspedisi 34 Gubernur, klik di sini. (ega/mul)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini