Dua pasang calon presiden dan wakil presiden, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno berebut dukungan keluarga almarhum Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Pada Rabu kemarin, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid (Yenny Wahid) mewakili keluarga Gus Dur menyatakan dukungan terhadap Jokowi-KH Ma'ruf Amin.
Seberapa besar pengaruh nama almarhum Gus Dur sehingga dukungan keluarganya diperebutkan?
Baca juga: Timses Jokowi Perkenalkan Kaus #01 |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentu saja simpatisan yang pertama datang dari kalangan nahdliyin lantaran Gus Dur adalah cucu pendiri NU dan pernah menjadi Ketua Umum PBNU selama tiga periode. "Dia dianggap sebagai tokoh agama, bahkan sebagian pendukungnya menganggapnya sebagai wali," kata Qodari kepada wartawan, Kamis (27/9/2018).
Bukan hanya dari kalangan nahdliyin, simpatisan juga datang dari kelompok yang mengagumi pemikiran dan kebijakan Gus Dur. Mereka adalah orang-orang yang pernah dibela hak-haknya oleh Gus Dur.
"Kelebihan Gus Dur ini dari aspek penghormatan terhadap hak-hak minoritas. Simpatisan beliau banyak di kalangan keturunan Tionghoa, yang tadinya terbatas dikembalikan hak-haknya," papar Qodari.
Hanya memang, Qodari melanjutkan, berapa besar jumlah dukungan terhadap Jokowi dari simpatisan Gus Dur ini harus disurvei lagi. Kalau jumlah kader NU yang punya hak pilih, kurang-lebih sepertiga dari keseluruhan pemilih Islam Indonesia yang 87 persen dari daftar pemilih tetap yang sekitar 187 juta jiwa.
"Paling tidak angka itu bisa diupayakan bulat. Tentunya harus ada sinergi antara NU struktural dan kultural. Mereka harus rapat dan berbagi wilayah (kampanye)," papar Qodari.