Seperti dilansir Reuters, Kamis (27/9/2018), pria bernama Zhao Zewei itu dijatuhi vonis mati oleh pengadilan setempat pada Juli lalu. Zhao didakwa atas pembunuhan setelah menyerang 19 siswa dengan pisau di distrik Mizhi, Provinsi Shaanxi pada 27 April lalu.
Usai mendapat persetujuan dari Mahkamah Agung China, eksekusi hukuman mati itu dilakukan di distrik Mizhi pada Kamis (27/9) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekolah menengah di distrik Mizhi yang menjadi lokasi serangan merupakan bekas sekolah Zhao.
Disebutkan Pengadilan Kota Yulin, Zhao membawa pisau ke bekas sekolahnya itu untuk melampiaskan rasa frustrasi dan kemarahan atas kemalangan yang dialaminya dalam hidup. Disebutkan juga bahwa Zhao pernah menjadi korban bullying saat masih bersekolah di sana.
Dalam putusannya, pengadilan menyebut motif Zhao dalam menghabisi nyawa orang lain sungguh 'keji' dan metode yang dipakai sangat kejam. Oleh karena itu, menurut pengadilan Kota Yulin dalam pernyataannya, Mahkamah Agung China setuju agar hukuman mati dilakukan terhadap Zhao.
Tindak pidana keji semacam ini tergolong jarang terjadi di China, karena adanya aturan senjata api yang ketat dan pengamanan super ketat di kota-kota besar. Namun beberapa tahun terakhir, serangan pisau atau serangan kapak telah terjadi beberapa kali.
Otoritas China tidak merilis jumlah narapidana yang dieksekusi mati setiap tahunnya. Namun kelompok-kelompok HAM memperkirakan jumlah orang yang dieksekusi mati di China setiap tahun, jauh lebih banyak dibandingkan negara-negara lain di dunia bahkan jika digabungkan jumlahnya.
Saksikan juga video 'Trump akan Hukum Mati Pengedar Narkoba, Tiru Duterte?':
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini