"Pegawai kami di 2018 sebanyak 44 ribu. Kapasitas lapas hanya 124.973. Isi lapas 249.000. Sebenarnya asik sih kalau diperkenalkan kalau kita di kereta api kalau penumpang lebih nggak usah masuk tapi kami nggak bisa menolak ini," kata Sri di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (23/9/2018).
Pernyataan itu disampaikan Sri saat menjadi narasumber diskusi bertema 'Dunia dibalik Lapas'
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam diskusi itu Sri memaparkan mengenai banyaknya jumlah napi di lapas-lapas seluruh Indonesia. Ia juga menguraikan kesulitan penjaga lapas dalam membina napi-napi itu.
"Jadi dengan sumber daya yang ada yang harusnya hanya bisa membina melayani tahananan yang harusnya 124.973 tahanan tapi kami harus melayani 249.000 tahanan lebih," imbuh Sri.
Sri memberikan solusi untuk menangani over kapasitas napi di lapas. Caranya disebutnya dengan revitalisasi. Napi-napi di lapas akan dimasukan ke tahanan dengan kelasnya masing-masing.
Kelasnya itu seperti lapas kelas high risk dengan pengamanan maksimum. Selanjutnya di bawah high risk yaitu kelas maksimum, medium dan minimum. Di kelas minimum itu disebutnya para napi akan diberikan pekerjaan sesuai kemampuannya. Cara itulah yang membuat over crodit dapat berkurang.
"Di lapas medium security itu ditekankan pembinaan kemandirian. Kalau sadar dan taat dan punya keterampilan kita dorong ke minimum security untuk menghasilkan barang. Nah itu jalan keluarnya," ungkap Sri. (rvk/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini