Pernyataan soal penyamaan Projo dengan tentara dan polisi itu disampaikan Moeldoko saat menghadiri rapat kerja nasional Projo pada Sabtu (15/9) lalu. Moeldoko menjelaskan maksud penyamaan itu bukanlah soal posisi namun sikap nasionalisme para relawan Projo.
"Bukan Projo sama dengan TNI-Polri. Kalau berbicara tentang nasionalisme, saya katakan kepada teman-teman Projo, Projo harus bisa menyamai TNI-Polri. Begitu konteksnya. Saya bilang, kalian kan nasionalis sejati. Ikuti TNI Polri. Gitu," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/9/2018).
Moeldoko mengatakan pernyataan Rachland di Twitter itu hanyalah salah kutip. Dia meminta agar Rachland berbicara sesuai konteks.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rachland Nashidik sebelumnya nge-Tweet soal pernyataan Moeldoko tersebut. Dia mengatakan pernyataan Moeldoko soal penyamaan Projo dengan TNI-Polri sebagai pernyataan bodoh dan menyesatkan.
Baca juga: Moeldoko Hadiri Rakernas Relawan Projo |
"@GeneralMoeldoko mungkin dengan pernyataannya bermaksud mengajak Projo menjadi alat pemersatu bangsa. Tapi ajakan yang baik ini sebenarnya bisa disampaikan tanpa perlu membuat persamaan antara Projo dengan TNI-Polri. Selain tidak perlu, pernyataan itu bodoh dan menyesatkan," cuit Rachland (@RachlandNashidik), Kamis (20/9/2018).
"Menyesatkan, karena pernyataan Kepala Staf Presiden tersebut berpotensi disalah-artikan oleh prajurit TNI-Polri di bawah sebagai permakluman bahkan persetujuan pemerintah untuk TNI dan Polri memihak pada Presiden inkumben dan aktif berpolitik praktis. Sepertihalnya Projo. Bodoh, karena pernyataan itu tak merefleksikan pengetahuan, etika dan norma yang dulu wajib ia penuhi sebagai Panglima TNI, yakni TNI adalah alat negara, netral dan tidak terlibat politik praktis. Padahal saya dengar @GeneralMoeldoko adalah prajurit yang sebenarnya cerdas," lanjut cuitannya.
(nkn/dnu)











































