Keahliannya dalam mengemudikan kapal dan penguasaannya terhadap lautan membuatnya begitu andal dalam memimpin provinsi kepulauan yang mayoritas wilayahnya adalah lautan. Nurdin menceritakan kepada Tim Ekspedisi 34 Gubernur dari Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) bahwa ia pernah mengambil alih kemudi kapal dari nakhoda yang tak berani melanjutkan perjalanan karena gelombang yang tinggi. Dengan ketangkasannya itu, Nurdin pun menembus gelombang untuk melanjutkan perjalanan.
Kemudian, gubernur yang merupakan ketua dari gabungan delapan provinsi kepulauan ini mengisahkan pengalamannya sebagai pelaut yang membantunya menjalankan peran sebagai gubernur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nurdin juga menekankan, jika ingin menjadi poros maritim dunia, bangsa Indonesia harus kembali ke jati diri nenek moyang sebagai bangsa maritim yang memiliki berbagai nilai unggul di antara bangsa lain.
"Kita kembali saja kepada jati diri bangsa, nenek moyang kita dulu orang pelaut, kembali sajalah kita ke budaya pelaut. Masyarakat laut ini hebat, berani mengikuti irama ombak. Di laut jangan takabur, tidak boleh lalai, di malam sepi, komunikasi hanya dengan Tuhan, lihat cakrawala, menajamkan visi ke depan. Tak heran para pelaut ini kaya karena visioner, mereka kaya sebagai saudagar," jelas Nurdin.
Kemudian, ia pun menjelaskan Kepulauan Riau terdiri lebih dari 2.400 pulau, yang setiap pulaunya harus dijangkau melewati lautan. Sebagai gubernur, Nurdin sering berada di laut untuk menempuh perjalanan dari satu pulau ke pulau lain.
"Transportasi utama di wilayah kepulauan seperti Kepri ini adalah kapal dan hakikatnya laut itu bukan pemisah antardaratan tapi ia adalah penghubung," kata Nurdin.
Tim Ekspedisi 34 Gubernur dari APPSI ini telah menemui gubernur keempat dalam ekspedisinya dan akan berlanjut ke 30 provinsi lain dalam beberapa bulan ke depan. Berita selengkapnya di sini. (mul/mul)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini