"Kubu Prabowo sedang putus asa dan panik karena capres dan cawapresnya tidak punya jejak rekam yang gemilang di birokrasi, bahkan capresnya diduga dalang penculikan aktivis 1998 dan cawapresnya wakil gubernur gagal yang punya program OK OCE yang akhirnya amburadul," kata Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah Zubir lewat pesan singkat, Jumat (14/9/2019).
Dia menilai usul tersebut tak perlu diajukan hanya karena Prabowo-Sandiaga fasih berbahasa Inggris. Sebab, hal tersebut jadi tak masuk akal bila nantinya ada usulan untuk memakai bahasa lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inas berkelakar memberi usul agar kemampuan mengaji turut ditambahkan dalam debat.
"Bagaimana kalau kita tambahkan dengan kemampuan mengaji capres dan cawapres? Mau nggak?" kata pria yang masuk tim Penugasan Khusus dalam Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin ini.
Inas menilai penggunaan bahasa Inggris dalam debat capres tidak penting. Hal yang penting ditampilkan dalam debat, menurutnya, ialah visi-misi dan akidah.
"Penggunaan bahasa Inggris dalam debat sangat tidak penting, justru program dan visi misi yang perlu serta akidah," ujar dia.
"Akidah capres dan cawapres mereka jelas nggak?" imbuh Inas.
Sebelumnya, koalisi Prabowo-Sandiaga mengusulkan format debat capres dan cawapres Pilpres 2019 menggunakan bahasa Inggris. Menurut Yandri, usulan itu bisa menjadi pertimbangan KPU.
"Boleh juga kali, ya. Ya, makanya hal-hal detail seperti ini perlu didiskusikan," kata Yandi seusai rapat sekjen di Posko Pemenangan PAN, Jl Daksa I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (13/9). (jbr/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini