Horor Limbah Medis di Karawang, 5 Saksi Diperiksa Polisi

Karawang - Polisi menyelidiki kasus pencemaran lingkungan berupa limbah medis di hutan konservasi mangrove, pesisir utara Karawang, Jawa Barat. Selain memasang garis polisi, penyelidik Polres Karawang juga memeriksa lima orang saksi.

"Para saksi melihat tumpukan plastik berserakan. Karena jumlahnya cukup banyak, saksi jadi penasaran, akhirnya memeriksa langsung limbah medis tersebut," kata Wakapolres Karawang Kompol Ryky Muharam saat dikonfirmasi detikcom via telepon, Senin (10/9/2018).

Baca juga: Penampakan Limbah Medis yang Kotori Hutan Konservasi Karawang

Namun, kata Ryky, tak ada yang melihat langsung pelaku pembuangan limbah di sana. Kini horor limbah medis itu belum diketahui pelakunya. Meski begitu, Polisi menemukan petunjuk yang mengarah ke Rumah Sakit Budi Asih yang beralamat di Cikarang, Kabupaten Bekasi.

"Tetapi saksi tidak melihat mobil yang mengangkut dan membuang limbah medis tersebut. Ada pun petunjuk yang ditemukan adalah beberapa lembar surat keterangan pasien dari Rumah sakit Budi Asih asal Cikarang," kata Ryky.

Tumpukan limbah medis dipasang garis polisi. (Foto: Luthfiana Awaluddin/detikcom)

Sebelumnya, rumah Sakit Budi Asih mengakui jika limbah medis yang dibuang di Cilebar ialah milik mereka. Namun mereka membantah membuang limbah ke Karawang.

Pihak Budi Asih mengaku sudah menyerahkan sepenuhnya pengangkutan limbah mereka ke PT Mahardika Handal Sentosa, Tangerang.

Baca juga: Rumah Sakit Budi Asih Bekasi Bantah Buang Limbah di Karawang

Melihat fakta ini, Ryky menyatakan bakal menelisik lebih jauh kepada semua pihak terkait, termasuk Mahardika Handal Sentosa, perusahaan transporter yang mengangkut limbah Budi Asih. Mahardika Handal Sentosa adalah perusahaan yang bergerak di bidang angkutan darat di Serpong, Tangerang.

"Kami akan meminta keterangan dari pihak - pihak yang terkait dengan limbah medis tersebut yang akan di tuangkan di berita acara interogasi di Polres Karawang," ujarnya.

Pelaku pembuang limbah, menurut Ryky, bakal disangkakan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. "Kami masih mengumpulkan keterangan saksi-saksi, termasuk saksi ahli dengan pihak LH dan barang bukti untuk dicek di lab," kata Ryky. (bbn/bbn)