Coblong dalam bahasa setempat artinya gua yang mengalirkan air di bawah tanah. Warga masih berbeda pendapat soal ini, ada yang menyebut gua itu peninggalan Belanda, ada pula yang menilai bentukan alam.
Terlepas perbedaan tersebut, seorang warga mengklaim pernah masuk ke dalam gua tersebut. Ialah Akroma Nurkarim (56), warga Kampung Tarikolot, RW 02 RT 03 Desa Sukamaju, yang berbagi kisahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Lantainya licin, banyak lumut. Lebarnya bisa dilalui orang berdua. Tinggi saya tidak tahu pasti, kadang membungkuk dan berdiri, dindingnya keras seperti batu karang sebagian lagi tanah," ujarnya.
Selama berada dalam gua, Akrom tidak menemukan harta karun yang menjadi isu di kalangan warga tersebut. "Ada juga lalay (kelelawar), menggantung di atap gua. Lalay ini dulu suka keluar tiap sore dan paginya pulang. Maklum saat itu saya masih muda, penasaran makanya berani masuk untuk membuktikan isu harta karun yang ternyata tidak saya temukan," tutur Akrom.
Mulut gua yang dimaksud Akrom berada di lereng sawah, pintu masuknya setinggi 1,5 meter. Dia menceritakan mulut gua itu terlihat tidak terawat karena tertutup ilalang, sebagian lagi tertutup bongkahan tanah sisa longsoran. (sya/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini