Hal ini disampaikan ketika dia menjadi pembicara utama dalam acara DBS Asian Insight Seminar 2018 di Ballroom Hotel Mulia, Jl. Asia Afrika, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (4/9/2018).
"Pertama, persaingan internasional kita setuju bukan, bangsa mandiri 100 persen dan tidak ada di dunia ini yang bisa bangun ekonomi sendiri pasti ada kaitan dengan negara-negara lain bahkan masalah ekonomi, ada joke bahwa pada saat para pemimpin ASEAN bergandeng tangan lirik kanan-kiri ini volumenya kayanya bersahabat tapi esensinya persaingannya luar biasa, saling menghabisi kalau bisa," ucap dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang terjadi di Turki, misalnya? Lalu perang dagang Amerika ke China, apa nggak pengaruh ke Indonesia? Ya pengaruh, tinggal gimana kita menentukan sikap, bahkan kalau perlu mengambil keuntungan dari perang dagang Amerika dan China," imbuh dia.
Lebih lanjut, dia mengatakan, selain persaingan internasional, ada sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang sangat banyak. Dia menyebut saat ini hal penting yang menjadi fokus utama pemerintah adalah mengatur SDM yang menggunakan fungsi manajemen.
"Lalu ada sumber daya manusia. Bapak dan Ibu, waktu saya akademi militer selalu dikatakan 'Indonesia negara yang sangat makmur, sangat subur, sangat kaya, kita negara besar kita negara kaya lebih keren dari negara lain, dan itu kekuatan kita' kalau itu untuk sekarang sudah nggak relevan lagi, tapi ada kekuatan baru yang lebih abadi, lebih sustainable dan diyakini bangsa ini maju adalah human resources, bahkan sekarang nggak human resources saja, tapi juga human capital," imbuh dia.
Kemudian, Wiranto berbicara mengenai infrastruktur yang telah dibangun pemerintah. Dia membandingkan pembangunan infrastruktur era pemerintahan sebelumnya dengan pemerintahan era Presiden Jokowi.
"Lalu kita bicara infrastruktur, dulu concern kita pembangunan di Jawa, mudah, tenaga banyak, dan kalau sudah bangun di Jawa kelihatan hasilnya, bisa kelihatan pemerintah bangun, seperti tol, jembatan, kereta api, lapangan terbang, gedung megah, dan lainnya," ungkap dia.
"Tapi dilihat dari keadilan sosial bagi rakyat Indonesia pasti tidak adil, dilihat dari sistem pertahanan nasional tidak betul, dilihat pembangunan tak betul. Oleh karena itu, pemerintahan Pak Jokowi menyadari now or never walaupun risikonya pembangunan di pinggiran itu tak dipahami rakyat, mungkin gerus APBN kita, tapi maka keadilan sosial di seluruh Indonesia itu didapat," sambungnya.
Dia juga mengatakan saat ini pemerintah sudah berupaya menyejahterakan rakyat melalui keadilan sosial pembangunan infrastruktur. Dia menilai pemerintahan Jokowi-JK saat ini mempunyai keberanian besar melakukan terobosan baru.
"Bagaimana mungkin BBM di Wamena Rp 100.000, di Jawa Rp 6.500, di sana solar sudah sampai Rp 150.000, nggak adil, maka terobos sekarang, harga harus sama, terobosan ini nggak dipahami masyarakat tapi ini butuh keberanian pemerintah untuk lakukan terobosan baru," pungkasnya. (zap/rvk)











































