Doddy menjelaskan, korban tiba di RSHS Bandung pada Jumat (31/8) sekitar pukul 12.26 WIB. Saat tiba korban atau pasien dalam keadaan sadar. Hanya saja tekanan darah dan detak jantung cukup lemah.
"Saat datang juga otot kedua tangan dan kaki lemah. Kekuatan tangan itu dua dan kaki nol. Kalau normal itu lima," kata Doddy, di RSHS Bandung, Senin (3/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai melakukan pemeriksaan awal, pihaknya pada Jumat (31/9) malam, melakukan operasi untuk membersihkan proyektil peluru yang bersarang di leher belakang korban. Peluru itu juga melukai salah satu ruas tulang leher bagian belakang korban.
Luka tersebut, lanjut Doddy, menyebabkan tekanan darah dan detak jantung korban lemah. Selain itu juga membuat otot tangan dan kaki korban tidak berfungsi dengan normal seperti sebelumnya.
"Kita dapatkan selama operasi adanya serpihan proyektil sebanyak 3 dengan ukuran kurang lebih 2 milimeter," ujarnya.
Setelah operasi, pada Sabtu (1/9) pasien atau korban dipindahkan ke ruang ICU. Di ruang perawatan tersebut korban dipasangi alat bantu pernapasan untuk membantu korban bernapas.
"Karena kerusakan pada ruas tulang leher ke enam ini bisa mempengaruhi otot pernapasan. Takut ada masalah pernapasan nya jadi kita pasangi alat bantu pernapasan," ucapnya.
Doddy menyatakan, kondisi pasien saat ini berangsur membaik. Alat bantu pernapasan juga sudah dilepas. Namun begitu, otot tangan dan kaki masih belum kembali normal.
"Perkembangan semakin bagus, tapi kekuatan otot tangan dan kaki tidak ada perubahan," kata Doddy. (mso/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini