"Roy Suryo memang punya handicap karena kesulitan membedakan presiden dengan kepala desa dan Asian Games dengan Pordes (Pekan Olahraga Desa)," ujar Inas kepada detikcom, Senin (3/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepala desa, kalau tidak bisa hadir memberikan sambutan, sambutan tertulisnya akan dibacakan oleh sekretaris desa. La kalau presiden, di mana pembukaan dan penutupannya saja sarat dengan teknologi canggih, mosok sambutannya tertulis juga? Pastinya ya pakai video conference, dong!" tutur Inas.
![]() |
Inas juga menilai Roy tidak bersyukur atas medali emas yang diraih atlet-atlet Indonesia, sehingga harus menyebut bahwa prestasi tersebut karena faktor tuan rumah.
"Selain itu, Roy Suryo kayaknya jarang bersyukur. Pasalnya, ketika atlet Indonesia berhasil meraih 30 emas di era Jokowi, bukannya bersyukur, tapi malah menyesali, maksudnya menyesal 'kenapa bukan gua Menpora-nya saat ini'," katanya.
Roy Suryo menjabat Menpora sejak 2013, menggantikan Andi Mallarangeng, yang mundur karena tersangkut kasus korupsi. Dia pun kerap melayangkan kritik lewat Twitter terkait Asian Games, termasuk saat Presiden Jokowi ditampilkan naik motor gede di pembukaan kompetisi olahraga terbesar se-Asia ini.
Roy Suryo sebelumnya mengapresiasi Jokowi yang lebih memilih ke Lombok, NTB, daripada 'show off' di closing ceremony Asian Games 2018. Namun dia menyayangkan jika Jokowi tetap tampil.
"Tetapi saya menyayangkan kalau nanti Presiden @jokowi masih saja Show-Off dgn VideoConference (apalagi menyebut2 "di Lokasi Bencana")," tulis Roy lewat Twitter, Minggu (2/9).
Roy Suryo juga kembali berbicara tentang perolehan medali emas Indonesia di Asian Games 2018. Dia berharap prestasi ini bukan sekadar karena faktor tuan rumah. (mae/bag)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini