Kekuatan Opening Ceremony Asian Games 2018 kalau diteliti ada lima unsur; pertama, munculnya Presiden Jokowi ber-"gaya" mengendarai motor besar lewat sebuah "acting atractive" di segmen pembuka. Kedua, digunakannya banyak kembang api di dalam dan luar Stadion, direkam dengan menggunakan drone camera yang membuat situasi spektakuler indahnya. Ketiga, dibangunnya panggung besar berupa gunungan dalam Stadion setinggi 26 meter dan air terjun 17 meter tingginya (diperlukan 200.000 liter air untuk menggelontorkan air sehingga mirip air terjun sungguhan)
Keempat, keterlibatan 7000 penari di dalam Stadion termasuk 400 penari Saman Aceh yang berganti-ganti kostum seraya terus bergerak dalam irama yang berentak-entak tanpa henti. Kelima, lagu Meraih Bintang oleh Via Vallen yang mengentak-entak Stadion segera saja diikuti oleh 4000 atlet dari 45 negara yang tidak seperti lazimnya upacara olimpiade maupun Asian Games, diatur agar tetap bernada dalam stadion setelah berparade keliling dalam Stadion Utama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini terjadi di semua cabang olahraga, paling jelas perjuangan mati-matian Ginting yang sangat spektakuler. Demikian juga di lapangan tenis ganda campuran Christopher dan Aldila berhasil merebut medali emas melawan Tim Thailand yang selama ini jauh lebih unggul. Demikian juga tim dayung Indonesia yang berhasil merebut medali emas. Dari awalnya target hanya 10 besar dengan 16 medali emas, sampai akhirnya 31 emas dan menduduki posisi ke-4, di bawah China, Jepang, Korea Selatan. Sungguh tiada hari tanpa medali emas. Luar biasa.
Akhirnya ini semua harus diakui bahwa 31 emas dan urutan ke-4 Asian Games dapat tercapai - salah satu unsur terpenting adalah pertunjukan Opening Ceremony yang gemilang, yang dibidani oleh Erick Tohir, Ketua INASGOC, dan Wishnutama, Creative Director yang membidani Opening Ceremony yang demikian spektakuler dan diakui dunia.
Wishnutama mempersiapkan Opening Ceremony selama 2 tahun setelah mendapat approval Presiden Jokowi. Pilihan tema, gagasan menggunakan sepertiga kawasan Stadion Utama, pembuatan bukit bangunan setinggi 26 meter serta air terjun 17 meter. Ia memilih 4000 penari dan 2000 tim pendukung, menunjuk Via Vallen menyanyikan lagu Meraih Bintang yang kemudian dinyanyikan oleh seluruh atlet dan penonton.
Ia juga yang mempunyai gagasan untuk membekali 7000 penari dan penyanyi dengan wireless earpiece (earphone) di telinganya, masing-masing dihubungkan dengan sistem. Cara ini memungkinkan setiap penari maupun tim pendukung mendengar musik secara jelas tanpa khawatir menghadapi sound delayed, kalau hanya menggunakan loudspeaker besar. Masing-masing earpiece ada nomor penggunanya sehingga bisa diatur komunikasi one to one, menegur kalau salah gerakan atau kalau barisan penari tidak simetris. Juga menetapkan desain kostum 4000 penari, yang satu persatu harus diukur ukuran kostumnya. Disiapkan 3 set kostum, untuk latihan awal, latihan akhir, dan waktu pentas pada 18 Agustus.
Penari direkrut dari lingkungan penari profesional maupun SLTA dan kampus di Jakarta. Mereka latihan selama 5 bulan dan dari awal dicek, kalau tidak mampu langsung diganti. Di atas persiapan yang jelimet itu tentunya yang harus diapresiasi adalah kemampuannya untuk membujuk Jokowi, bukan saja untuk muncul dan berakting (termasuk 6 kali latihan) serta menyetujui model Opening Ceremony yang gemebyar dan semarak yang tentunya lumayan mahal biayanya.
Ketika bertemu Thomas Bach, Presiden International Olympic Commitee (IOC), Presiden Jokowi menawarkan Indonesia menjadi host Olimpiade 2032. Hal ini menjadi tantangan Generasi Z nantinya untuk membuat Opening Ceremony Olimpiade 2032 jauh lebih baik. Karena dalam 14 tahun lagi teknologi lighting, laser, drone, video akan jauh lebih canggih dan baik.
Nah, lantas bagaimana event yang akan dibuat untuk acara penutupan? Kita saksikan saja malam nanti.
Ishadi SK Komisaris Transmedia
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini