Dituding Langgar Kewenangan soal Pulangkan Neno, BIN Tegaskan Netral

Dituding Langgar Kewenangan soal Pulangkan Neno, BIN Tegaskan Netral

Yuni Ayu Amida - detikNews
Senin, 27 Agu 2018 21:06 WIB
Juru bicara Kepala BIN Wawan Hari Purwanto (Yuni Ayu/detikcom)
Jakarta - Neno Warisman mengaku dipaksa pulang oleh Kabinda (Kepala BIN daerah) dari Pekanbaru akibat penolakan #2019GantiPresiden. Badan Intelijen Negara (BIN) menegaskan pihaknya netral.

"Kalau terjadi apa apa, Kabinda-lah yang pertama kali dimintai tanggung jawab. Oleh karena itu, BIN harus ada di tiap lini seperti angin, demi mengamankan republik ini, bukan keberpihakan. Karena kita harus netral. Siapa pun pemenang pemilu, kita ini mengamankan," kata juru bicara Kepala BIN Wawan Hari Purwanto saat jumpa pers di kawasan Jl Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/8/2018).


Dia menambahkan kewenangan BIN diatur dalam UU No 17 Tahun 2011. Dalam undang-undang itu, BIN bertindak sebagai penanggung jawab jika terjadi peristiwa tertentu. Karena itu, BIN melalui Kabinda harus selalu siaga mengamankan situasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setiap tahapan 5 tahunan harus selesai, sesuai tahapan yang ada, tidak di tengah rusuh, kemudian ada balas-membalas, itu yang tidak kita inginkan. Oleh karena itu, keberadaan Kabinda itu karena perintah UU yang baru dan kebetulan tersorot oleh kamera Mbak Neno. Tapi bukan untuk berpihak, kalau berpihak hukuman berat, pasti ada hukuman sesuai tingkatan. Kita tidak ingin seperti itu, menghindari korban itu wajib hukum, meminimalkan benturan," paparnya.

"Untuk daerah hijau, pengamanan biasa saja, untuk kuning, apalagi merah, tentu itu berlapis. Sesuai kebutuhan, termasuk upaya mendatangkan upaya kekuatan wilayah lain. Itu sebabnya, kita ini bersama-sama mengamankan RI yang kita cintai yang begitu luas ini. Kita tidak ingin itu melebar ke wilayah lain, karena ini pilpres. Takut ada upaya meniru," sambung Wawan.


Wawan menegaskan kini BIN lebih terbuka untuk dikritik sebagai bahan evaluasi. Dia menyebut apa yang dilakukan BIN adalah untuk melayani masyarakat.

"Jadi zaman sekarang ini sudah tidak seperti dulu, apa-apa ditutupi, kita fair saja. Anda mengkritisi orang yang perlu dikritisi, kita lakukan evaluasi. Dan ini sebagai wujud bagaimana pelayanan publik. Dan ini dampaknya tentu pada penilaian kinerja," jelasnya.

Wawan menjelaskan pihaknya memulangkan Neno Warisman karena Neno tidak memiliki izin untuk menggelar acara #2019GantiPresiden, sehingga pihaknya turun tangan untuk mengantisipasi gangguan keamanan.

"Ini soal wilayah, dan wilayah belum berikan izin ke yang bersangkutan ikut dalam acara itu. Artinya kan begini, itu kan belum ada. Yang jelas, kalau terjadi keselamatannya terganggu, gimana. Tapi itu yang nilai aparat keamanan setempat. Kita beri otoritas seluas-luasnya kepada aparat setempat untuk menilai layak atau tidak, kalau tidak layak, mereka punya hak untuk itu," paparnya.

Sebelumnya diberitakan, Neno Warisman dihadang massa yang menolak deklarasi #2019GantiPresiden di Pekanbaru. Neno mengaku mendapat perlakuan kasar dari aparat setempat.

Pengakuan Neno itu disampaikan lewat video yang diunggah oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon dalam akun Twitter-nya, seperti dilihat detikcom, Sabtu (25/8). Neno berada dalam mobil dengan beberapa orang.

Neno mengaku dipaksa keluar dari mobil oleh sejumlah aparat. Neno juga memperlihatkan sejumlah aparat yang membawa senjata.

"Ya, jadi tadi mobil ditimpukin dan dipaksa semua orang keluar dari mobil dan sekarang dibawa ke dalam bandara. Terus pakai ada senjata semuanya, nih bapak-bapak senjata, nih bersenjata nih, tuh ya...," ujar Neno.

Dalam video itu, Neno menyebut Kabinda setempat sangat bersikap kasar. Dia juga mengaku tak mendapat perlindungan.

"Dia paksa saya mau pulang naik pesawat, selamatin tas saya, selamatin tas saya, jangan sandera tas saya, itu dipaksa, itu Kabinda, kasar sekali dia, kasar sekali dia," tutur Neno. (ams/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads