Kelompok organisasi kemanusiaan, Human Rights Watch (HRW) melaporkan penyanderaan tersebut dan menyebutnya sebagai "kejahatan perang".
HRW menyatakan, mereka diculik oleh ISIS saat serangan besar-besaran terhadap komunitas Druze di Sweida, Suriah selatan pada 25 Juli lalu. Lebih dari 250 orang dilaporkan tewas akibat serangan ISIS tersebut. Mereka yang diculik sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut HRW, mereka disandera oleh ISIS untuk dijadikan sebagai alat tawar dalam negosiasi dengan pemerintah Suriah dan sekutunya, Rusia. "Penyanderaan merupakan kejahatan perang," demikian disampaikan HRW seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (25/8/2018).
"Nyawa warga sipil harusnya tidak digunakan sebagai alat tawar-menawar," cetus wakil direktur HRW untuk Timur Tengah, Lama Fakih.
Dilaporkan HRW, di antara 30 orang lebih yang disandera ISIS sejak serangan pada Juli lalu, setidaknya dua orang telah meninggal. Seorang sandera, pelajar putra berumur 19 tahun telah dipenggal dan video pemenggalannya beredar di internet. Kemudian pada Agustus, seorang perempuan berumur 65 tahun meninggal, dengan ISIS melaporkan bahwa nenek tersebut telah jatuh sakit sebelum meninggal.
HRW juga melaporkan, dua wanita berhasil meloloskan diri setelah diculik ISIS dari rumah mereka.
ISIS saat ini hanya menguasai kurang dari tiga persen wilayah Suriah, setelah kehilangan banyak wilayah menyusul kekalahannya dari pasukan pemerintah Suriah, yang didukung pasukan dan pesawat-pesawat tempur Rusia.
Namun meski begitu, ISIS masih mampu melancarkan serangan-serangan mematikan, dengan delapan petempur pro-pemerintah tewas dan lebih dari 60 orang luka-luka dalam serangan di provinsi Sweida pada Jumat (24/8) malam waktu setempat. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini