"Itu adalah perorangan yang diusung oleh partai politik, calon presiden kan diusung oleh partai politik. Pilgub juga diusung oleh calon parpol dan koalisi Pilgub itu nggak permanen untuk pilpres. Jadi itu bukan masalah Ida Fauziyah pisah sama Sudirman Said, ya memang partainya beda koalisi, jadi akibatnya memang dia harus dipisah. Tetapi memang platform pilpres dan pilgub ini PKB mengambil suatu koalisi yang beda," ujar Aria di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya, konsekuensi logis kalau memang akhirnya akan ada tambahan konsekuensi pendukung Ganjar yang 58 persen akan dapatkan luapan PKB, yang perhitungan saya swing votters. Itu 28 persen itu Ganjar dapat 5 persen, jadi dia dapatnya 58 kan dari 53, Sudirman Said kan dapat 12, jadi Sudirman Said dari 22 saya dapat 5. Nah, itu saya waktu itu lihat nahdliyin PKB yang bingung. Dengan pisahnya Sudirman Said dari Mba Ida atau kembalinya PKB ke koalisi Jokowi dalam pilpres," jelas dia.
"Maka sangat dimungkinkan dukungan Pak Jokowi adalah suara Ganjar plus 20 persen suara Nahdliyin di Jateng, maka kemungkinan akan tembus di atas 70 persen," sambungnya.
Baca juga: Putus! Kini Ida Fauziyah Lawan Sudirman Said |
Menurut perhitungannya, Jokowi di Jawa Tengah mampu meraup suara sekitar 72 persen. Dia pun menargetkan 70 persen suara untuk pasangan Jokowi-Ma'ruf di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Jadi estimasi saya, Pak Jokowi akan tembus suara di Jateng sekitar 71 dan 72 persen karena koalisi yang di luar Pak Jokowi hanya PKS dan Gerindra yang itu permanen survei sekitar 12-14 persen. Ditambah suara dari Demokrat, ditambah suara PAN, total itu semua suara di Jateng nggak lebih dari 20 persen. Potensi besar Jateng dan Jatim suara akan berimbang pendulang suara terbesar Pak Jokowi dan KH Ma'ruf akan memperoleh sekitar 70 persen target maksimal," pungkasnya. (zap/nkn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini