"Muhammadiyah itu secara institusi tetap istiqomah tidak masuk ke arena politik praktis," kata Haedar kepada wartawan usai salat Id di Komplek Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (22/8/2018).
Ketika ditanya apakah Muhammadiyah masuk dalam tim pemenangan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Haedar menegaskan jika posisi Muhammadiyah tidak masuk ke politik praktis. Ia mengatakan jika semua ormas maupun lembaga islam masuk dalam ranah politik maka akan terjadi politisasi di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan meskipun ada masyarakat Muhammadiyah yang masuk dalam politik praktis itu merupakan hak setiap orang. Ia tidak mempermasalahkan masyarakat Muhammadiyah yang masuk dalam politik praktis asalkan masyarakat itu tidak membawa organisasi Muhammadiyah didalamnya.
"Kalau ada warga Muhammadiyah dan warga bangsa terlibat dalam parpol itu hak warganya. Kalau terlibat dalam timses atau pemenangan di manapun itu bagian hak kewargaannya. Bukan terkait langsung dengan organisasi," kata Haedar.
Ia juga berharap agar partai politik ataupun elit-elit parpol tidak menggunakan organisasi islam untuk meraih suara. Jika organisasi islam terseret masuk ke dalam politik praktis, Ia mengatakan urusan umat dan pendidikan dari organisasi itu akan terabaikan. Untuk itu Ia berharap agar politik praktis itu hanya dibacarakan oleh parpol dam para elitnya.
"Saya pikir dengan cara seperti ini sangat elegan. Saya pikir kekuatan politik jangan karena ingin peroleh dukungan masyarakat dan warga organisasi lalu menyeret ormas keagamaan dan ormas sosial lainnya untuk terlibat dalam kepentingan politik praktis yang memang itu hak politik," kata Haedar. (rna/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini