Nyaris 200 penumpang bus diculik dan dijadikan sandera oleh Taliban di dekat Provinsi Kunduz pada Senin (20/8) waktu setempat. Bus-bus itu dicegat Taliban saat tengah melaju ke ibu kota Kabul. Para penumpang bus itu terdiri dari 170 warga sipil dan 20 tentara juga polisi Afghanistan.
"Lebih dari 160 warga sipil telah tiba di rumah dengan selamat, tapi sedikitnya 20 tentara dan polisi dibawa ke lokasi yang dirahasiakan oleh Taliban," sebut anggota dewan provinsi Kunduz, Ghulam Rabani Rabani, seperti dilansir Reuters, Selasa (21/8/2018).
Dua komandan Taliban telah mengonfirmasi pembebasan warga sipil itu. Salah satunya menyebut Taliban tidak berniat membahayakan warga sipil, yang sedang bepergian menjelang libur Idul Adha. Namun ditegaskannya bahwa Taliban akan menahan para polisi dan tentara sebagai sandera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembebasan warga sipil ini diumumkan Taliban setelah sejumlah roket meledak di dekat area diplomatik Kabul. Ledakan terjadi saat Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sedang memberikan pidato dalam seremoni salat Idul Adha.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Nusrat Rahimi, menyebut sejumlah roket jatuh di dekat Istana Kepresidenan Afghanistan dan sekitar kompleks diplomatik asing serta gedung pemerintahan di Kabul. Tidak jelas siapa dalang di balik serangan roket itu.
Dua hari sebelumnya, Taliban menolak tawaran Presiden Ghani untuk melakukan gencatan senjata selama tiga bulan, yang dimulai sejak dengan libur Idul Adha besok. Menurut dua komandan Taliban yang enggan disebut namanya, pemimpin mereka, Haibatullah Akhunzada, menolak tawaran gencatan senjata karena hal itu hanya akan membantu misi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) di Afghanistan.
(nvc/ita)