"Dari dulu suara warga Nahdliyin tidak pernah utuh hanya di salah satu calon, ya itu kita lihat sejarah NU saja," kata Yenny Wahid ketika menghadiri doa bersama warga NU di Koja, Jakarta Utara, Minggu (19/8/2018).
Yenny mencontohkan ketika KH Hasyim Muzadi maju dalam kontestasi di Pilpres 2004 berpasangan dengan Megawati Soekarno Putri. Saat itu, menurut Yenny, keluarga NU juga tidak memihak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yenny menjelaskan hal itu karena setiap warga NU berada di masing-masing Parpol dan memiliki pilihan masing-masing. Dia menambahkan warga NU yang berada di Parpol akan mendukung apa yang diusung partainnya. Menurut Yenny, hal itu juga akan terjadi 2019 nanti.
"Warga NU ini kan dibanyak partai, warga NU ada yang di PPP, ada yang di PKB, ada yang di Demokrat, Golkar, ada yang di Gerindra, dimana-mana. Jadi otomatis warga NU yang di PKB, PPP, Nasdem, Golkar kemungkinan akan nyoblos Pak Jokowi dan Kiai Maruf Amin, sedangkan warga NU yg di Gerindra akan nyoblos ke Pak Prabowo," ujarnya.
Yenny yakin pilihan warga NU untuk mendukung salah paslon itu berdasarkan sikap individu bukan sikap organisasi NU. Sebab, bagi Yenny NU itu harus netral tidak memihak.
"Tidak boleh, memang NU dari dulu netral dalam berpolitik," tegas Yenny.
Simak juga video: 'Ma'ruf Amin Menyatakan NU 100% Siap Dukung Jokowi di Pilpres'
(aud/nvl)