Gempa beruntun di hari yang sama sebelumnya berkekuatan 5,4 pukul 12.06 Wita dan 6,5 Skala Richter pukul 12.10 Wita membuat panik hampir seluruh pasien yang dirawat inap di dalam gedung RSUP.
Inaq Sahar (60) Keluarga pasien asal Mantang, Lombok Tengah yang ikut merawat inap keluarganya yang sakit bertambah panik selang beberapa detik setelah gedung RSUP kembali terdampak bergetar akibat guncangan gempa 6,5 skala Richter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak tahu mau bilang apa. Sebelumnya saya takut akibat gempa 7,0 malam hari Minggu lalu itu (5/8/2018). Waktu itu saya masih di gedung lantai tiga sedang rawat anak saya yang sakit gagal ginjal. Sekarang lagi saya dikagetkan begini. Ya Allah," tuturnya kepada detikcom, Minggu (19/8/2018).
Cerita yang sama juga diungkapkan Hardianto (35) warga Desa Teniga, Tanjung, Lombok Utara. Ia menuturkan saat gempa pertama ia dan istrinya, Irni (32) yang sedang dirawat akibat tulang panggulnya patah yang sebelumnya tertimpa reruntuhan dinding rumahnya yang ikut hancur saat gempa 7,0 SR lalu.
"Tadi saat gempa pertama tidak ada yang rasakan, hanya sebagian saja. Perawat menyuruh kami keluar dari dalam gedung ICU. Pas saat keluar sangat terasa sekali getarannya. Saya dorong lebih kencang istrinya saya di atas kursi rodanya untuk keluar dari ruangan," tuturnya.
![]() |
Hardianto juga menceritakan tentang keadaan keluarganya yang menjadi korban gempa 7,0 SR. Selain istrinya, anak perempuannya yang berusia 7 tahun ikut tertimba reruntuhan. Anaknya juga sempat dirawat lama di RSUP karena mengalami luka robek bagian kepala.
Dari pantauan detikcom, hampir semua pasien yang dirawat di RSUP dipindah rawat ke halaman parkir. Hanya sebagian yang masih berada di dalam gedung depan lobi RSUP.
Keluarga dan pasien masih tampak waspada akan adanya gempa susulan.
Tonton juga video: 'Korban Tewas Gempa Lombok Bertambah Jadi 460 Orang'
(rvk/rvk)